Advertisement

Responsive Advertisement

SEKALIPUN SALAH: MENYANJUNG KARENA DARAH ISTIMEWA, MEMBENCI KARENA DARAH BIASA ADALAH AMATIR

SEKALIPUN SALAH: MENYANJUNG KARENA DARAH ISTIMEWA, MEMBENCI KARENA DARAH BIASA ADALAH AMATIR
Restu Budiansyah Rizki


salaamun alaa man ittaba'al hudaa
salam sejahtera teruntuk setiap insan yang mendapat hidayah. 

salam penulis awalkan dengan harapan semoga kita masih tetap dalam naungan hidayah Allah SWT.  aamiin....

dunia media sosial telah menemukan era keemasannya.
dunia maya dapat dijangkau hanya dengan satu jari.
dalam hal ini, penulis mencoba menyoroti fenomena sanjung-menyanjung dan benci-membenci yang sudah menjadi sebuah peradaban bagi para penikam.

hari demi hari penulis ikuti perkembangan info di berbagai media sosial terutama Facebook, Twitter, dll. tidak jarang pula berbagai fenomena cacian, hinaan, dan perendahan dialamatkan dan dikirimkan kepada kiyai-kiyai dan seseorang yang mereka tidak tahu bagaimana lika-liku kehidupan sang kiyai-kiyai dan seseorang tersebut. karena mungkin konsep:

كلنا أشخاص عادي فى نظر من لا يعرفنا # و كلنا أشخاص رائعون فى نظر من يفهمنا # و كلنا مميزون فى نظر من يفهمنا

 "kita semua adalah orang yang biasa dalam pandangan orang-orang yang tidak mengenal kita" dan "kita adalah orang yang menarik di mata orang yang memahami kita" serta "kita istimewa dalam penglihatan orang-orang yang mencintai kita"
adalah benar adanya. 

memang,
kita masih selalu menyanjung dan hanya menyanjung setiap orang yang dirasa pas di hati kita, bahkan ketika orang yang pas dan sesuai di hati kita melakukan keasalahan, kita pura-pura tidak tahu.

hal itu berbeda ketika kita melihat orang yang memang sudah tidak pas dan tidak sesuai dengan hati kita. sekalipun orang tersebut melakukan sebuah kebaikan, kita merasa biasa saja. namun, ketika orang tersebut melakukan kesalahan, kita sibuk dan kegirangan mencerca dan bahkan memperlihatkan kepada orang lain.

hal tersebut bisa jadi lebih membutakan jika hanya melihat pada sudut pandang nasab.
seseorang dengan memiliki nasab yang biasa, kita memandangnya biasa saja. 
namun, seseorang dengan nasab mulia, kita memandangnya super istimewa.

sebagai contoh, bahkan kita sering mendengar dan membaca sebuah literatur yang di dalamnya terdapat kalimat "jangan membenci para habaib karena di dalam tubuhnya mengalir darah Rosulullah SAW". 

berangkat dari hal tersebut, sesuatu menggelitik pikiran penulis untuk kemudian ingin sesekali menyentil pertanyaan:

bagaimana dengan seseorang yang memang di dalam tubuhnya tidak mengalir darah Rosulullah, apakah kita boleh dengan sesuka hati membenci, merendahkan, dan menghinannya?
sebab hal itu menjadi sebuah makanan sehari-hari ketika kita menyelinap masuk dalam ruang-ruang beranda dinding Facebook dan twitter serta handai taulannya.

maka,
adalah kurang adil jika pelontar kalimat ""jangan membenci para habaib karena di dalam tubuhnya mengalir darah Rosulullah SAW", namun dengan seenaknya membenci, merendahkan dan menghina siapa saja yang di dalam tubuhnya tidak mengalir darah Rosulullah.

karena memang, dalam masalah membenci, jangankan kepada para pewaris darah Rosulullah, kepada seorang pencuri, pembunuh, perampok, ahli maksiat, bahkan orang kafirpun nabi tidak pernah mengajarkannya. 
dan jikapun membenci diperbolehkan, silahkan kau benci hanya sebatas sifatnya saja.
bukankah hal itu pernah disampaikan salah satu pewaris darah nabi, al Habib Ali al Jufri. bahwa:
    1. beliau sangat mencintai orang yahudi, namun tidak suka sifat penjajahannya kepada rakyat palestina. 
    2. beliau sangat mencintai ahli maksiat, namun tidak suka kemaksiatan yang dilakukan ahli maksiat tersebut, bahkan
    3. beliau sangat mencintai orang kafir, namun tidak suka dengan sifat kufur dari sang kafir
    karena memang apa yang disampaikan sang habib adalah mencoba menempatkan manusia sesuai kedudukannya, alias memanusiakan manusia, bukan memanusiakan sifat. 

    sehingga,

    ketika kau menyanjung seseorang karena melihat nasab mulianya. namun membenci seseorang karena melihatnya bukan siapa-siapa, 
    maka,
    SEKALIPUN SALAH: MENYANJUNG KARENA DARAH ISTIMEWA, MEMBENCI KARENA DARAH BIASA ADALAH AMATIR

    2019 Indonesia tanpa penerka

    Pemalang, 1 Januari 2019
    Restu Budiansyah Rizki

    Posting Komentar

    0 Komentar