Advertisement

Responsive Advertisement

DIKENAL FASIQ, KARENA 3 HAL INI IA MENJADI KEKASIH ALLAH

DIKENAL FASIQ, KARENA 3 HAL INI IA MENJADI KEKASIH ALLAH
Restu Budiansyah Rizki


Lika-liku kehidupan, tidak terlepas dari fenomena adanya macam-macam golongan manusia. di satu sisi kita menenal orang alim, dan di satu sisi yang lain kita mengenal orang kafir, dan di satu sisi kita mengenal orang fasiq, dan masih banyak lagi.

Namun, apakah ketiga golongan tersebut akan sangat mudah dilihat oleh kacamata lahiriyah atau dlohiriyah saja?
Ternyata tidak!
Bahkan orang yang sekalipun kita anggap sangat alim, bisa jadi di penghujung kehidupannya ia mendapatkan predikat su'ul khatim (read:wafat dalam keadaan tidak beriman). begitu juga dengan orang yang sekalipun kita anggap sangat kufur, justru ternyata ia mengakhiri kehidupan dengan  husnul khatim (read: wafat dalam keadaan beriman).

Sehingga dapat ditarik benang merah dari persoalan tersebut, Bahwa:

"Kita tidak akan dapat memandang atau bahkan menilai seseorang dari lahiriyahnya atau dlohirnya saja. apakah ia seorang yang alim, atau apakah ia seorang yang kufur, ataukah justru ia orang yang fasiq?."
Hanya Allah yang memiliki hak prerogatif untuk menentukan seorang insan dalam kategori dan posisi sebagai orang alim, orang kafir, atau orang fasiq.

Berbicara mengenai 3 golongan manusia di atas, salah satunya "FASIQ" telah membuka kembali lembaran-lembaran ingatan yang dikisahkan dalam history umat terdahulu.

Pada zaman di mana nabi Musa alaihi salam diutus oleh Allah untuk membimbing satu kaum 'anid (keras kepala), ada seorang fasiq meninggal dunia. akan tetapi, masyarakat yang berada di lingkungannya tidak berkenan untuk memandikan, mengkafankan, mensolatkan, dan mengkuburkannya. karena konon sebelum meninggal orang tersebut terkenal dengan sifat fasiqnya. bahkan tidak tanggung-tanggung masyarakat membuang jenazahnya ke kolong tumpukan sampah.

Melihat hal ini, Allah membisikkan sesuatu kepada nabi musa a.s:
"Wahai Musa, salah satu dari hambaku meninggal dunia di daerah perkampungannya. jenazahnya terbuang disuatu tempat penuh tumpukan sampah karena masyarakat tidak mau memandikan, mengkafankan, mensolatkan, dan mengubur jenazahnya. bagiku (Allah) ia adalah salah satu dari kekasihku. maka, datangilah tempat tersebut, mandikanlah jenazahnya, kafankanlah jenazahnya, solatkanlah jenazahnya, dan kuburkanlah jenazahnya pula."

Musapun pergi dan mencari tempat yang dikabarkan Allah kepadanya. lantas ia bertanya kepada masyarakat tentang jenazah yang telah meninggal tersebut. masyarakatpun menjawab bahwa orang yang dimaksud tersebut meninggal dalam keadaan membawa sifat yang seperti ini,,,dan seperti ini,,,. ia adalah orang fasiq dan terlaknat. Musapun lantas bertanya: di manakah tempatnya?.

Nampaknya Allahpun memberitahukan tempat tersebut. hingga pergilah Musa dengan masyarakat ke tempat di mana jenazah dibuang.

Ketika telah sampai, Musa dengan mata kasatnya melihat jenazah tersebut tergeletak terhinakan diatas tumpukan sampah. di sisi lain masyarakat juga tidak segan memberitahukan kepada musa perihal sifat jenazah yang selalu berbuat keburukan dan dikenal fasiq tersebut.

Musapun membawa jenazah tersebut seraya berkata:
"Wahai Allah, engkau telah memerintahkan kepadaku untuk memandikan, mengkafankan, mensolatkan, dan mengkuburkan jenazah ini, sedangkan masyarakat memberi kesaksian sifat buruk dari jenazah ini. engkau lebih tahu tentang pujian dan celaan yang disematkan kepada jenazah ini dibandingkan hambamu ini."

Allah pun menjawab seruan Musa:
"wahai Musa, memang benar apa yang dikatakan dan diceritakan oleh masyarakat terkait perihal buruknya perbuatan jenazah tersebut. akan tetapi jenazah tersebut sebelum meinggal pernah meminta syafaat kepadaku dengan 3 hal yang bila mana semua hambaku yang berdosa meminta hal tersebut, niscaya akan aku berikan. bagaimana aku tidak memberikan apa yang diminta oleh jenazah tersebut selama hayatnya, sedangkan aku adalah dzat yang maha penyayang?".

Musapun bertanya:
"Wahai Allah, 3 hal apakah yang diminta jenazah tersebut selama hayatnya?"

Dijawablah oleh Allah:
Pertama,
"Ketika ajalnya sudah dekat, ia pernah berkeluh kesah: wahai tuhanku, engkau mengetahui apa yang ada dalam diriku ini, aku adalah seseorang yang selalu melakukan kemaksiatan akan tetapi aku tidak menginginkan kemaksiatan itu. 3 hal yang telah membisikan kemaksiatan kepadaku sehingga aku melakukan kemaksiatan tersebut namun aku memendam perasaan penuh kebencian dengan kemaksiatan tersebut di dalam hatiku.  mereka adalah hawa nafsu, teman yang buruk, dan iblis terlaknat. ke 3 hal inilah yang telah menjerumuskan aku jatuh ke dalam kemaksiatan. wahai Allah, engkau mengetahui apa yang aku katakan. ampunilah aku."

Kedua,
"Wahai Allah, engkau mengetahui bahwa aku adalah seseorang yang selalu melakukan kemaksiatan. akan tetapi engkau juga mengetahui bahwa aku sangat mencintai orang-orang sholih. duduk bersama mereka jauh lebih aku sukai dibandingkan duduk dengan orang-orang fasiq."

Ketiga,
"Wahai Allah, engkau mengetahui bahwa aku adalah seseorang yang mencintai orang-orang sholih, bahkan ketika orang-orang sholih dan orang-orang yang tidak baik mendatangiku, maka lantas aku mendahulukan orang-orang sholih dibandingkan mendahulukan orang-orang yang tidak baik." dalam satu riwayat Wahab bin Manbah, dikatakan: "wahai Allah, jika engkau aku memohon ampunan kepadaMu, dan engkau memberi ampunan kepadaku, niscaya akan membuat senang para nabi dan para kekasihMu dan akan membuat sedih iblis sang musuhku dan musuhMu. dan jika engkau memberi adzab kepadaku karena dosa-dosaku, niscaya akan membuat senang syaitan serta para punggawanya, dan hal tersebut justru akan membuat sedih para nabi dan para kekasihMu. akupun tahu bahwa kegembiraan para nabi dan kekasih-kekasihMu lebih engkau sukai dari pada kegembiraan para syaitan dan pungawa-pungwanya. maka, ampunilah dosa-dosaku. dan engkau mengetahui apa yang aku katakan, maka kasihanilah aku."

Allahpun berfirman: Akupun memberinya ampunan, karena aku dzat yang maha pengasih dan maha penyayang terkhusus bagi setiap hambaku yang mengakui dosa-dosanya. karena pengakuan inilah aku memberinya rahmat ampunan. wahai Musa, lakukanlah apa yang aku perintahkan kepadamu. aku akan memberi rahmat ampunan kepada siapa saja yang mau mengurus jenazahnya termasuk mensolatkan dan mengkuburkannya.

berangkat dalam lautan kisah mengharukan tersebut. 
sejatinya kita tidak mampu memberi label derajat seseorang di mata siapapun kecuali Allah. 
akankah kita memandang orang lain yang secara dlahiriyah berbeda dengan anggapan kita yang selalu merasa lebih baik dan benar dengan pandangan buruk?

renungkanlah!

Diintisarikan dari kitab al-Mawaa'id al-Ushfuuriyah karya Syaikh Muhammad ibnu Abi Bakr

Pemalang, 2 Januari 2019
Restu Budiansyah Rizki

Posting Komentar

0 Komentar