Advertisement

Responsive Advertisement

'ABID YANG TERABAIKAN DAN 'ASHI YANG TERPERHATIKAN

'ABID YANG TERABAIKAN DAN 'ASHI YANG TERPERHATIKAN
Restu Budiansyah Rizki

Sudaraku, di penghujung tahun masehi 2018 ini, sangat tepat moment untuk me-muhasabah diri alias introspeksi perilaku dalam diri kita. apakah seseorang dengan kuantitas ibadah yang sangat waaaaahhh namun di sisi lain membuat orang lain putus asa akan jauh lebih baik dengan seseorang yang kuantitas ibadahnya nol, namun tertanam dalam hati memiliki rasa tauhid?

jangan lantas ketika kita merasa paling beribadah dengan Allah, akan mendapat rahmatnya kelak di akhirat jika nyatanya masih acuh tak acuh dengan orang lain. dengan kata lembut rumongso yang melalaikan hakikat.

ibnu mas'ud dengan segala kearifannya pernah meriwayatkan sebuah hadits dari Rosulullah SAW dengan redaksi:
 "الفاجر الراجى رحمة الله تعالى أقرب إلى الله من العابد المقنط"
"seorang pendosa yang rindu akan harapan mendapat rahmat Allah jauh lebih mesra denganNya dibanding seorang ahli ibadah yang memutus harapan handai taulannya dari rahmat Allah"
betapa menarik dan berharga jika kita menengok kembali history umat terdahulu, dan itu kita jadikan bahan untuk memotivasi diri sendiri untuk tetap bersikap arif terhadap orang lain, demi meraih cintaNya yang dirindukan. 

dalan hal ini, Sahabat Umar pernah memberikan celetupan bertahtakan mahkota hikmah kepada Zaid bin Aslam, dalam kisahnya....

"Sejauh peradaban manusia berjalan, dan sepanjang waktu telah berlalu, umat-umat terdahulu sudah menorehkan kisah yang patut diambil mutiara hikmah oleh masyarakat era post-modernisme seperti sekarang ini. jauh sebelum kita yang sekarang ini wujud, pernah terlintas dalam sejarah, seseorang 'ABID (ahli ibadah) yang seakan sudah mendarah daging dalam kehidupannya selalu melakukan ibadah, semakin hari semakin memperbanyak kuantitas ibadahnya, namun ia pun luput dengan memutus harapan orang lain dalam mendapatkan rahmat Allah. ndilalah, dikemudian hari, ajal menjemputnya tanpa permisi dan memberikan izin. ia pun bertanya kepada sang Rabb:
يا رب مالي عندك؟
ya Rabb, apakah yang akan aku peroleh dari-Mu? "tanyanya berharap"
فقال: النار
neraka! "dijawabnya dengan tegas" 

mendengar jawaban tersebut,  iapun kaget terkejut, seakan nyawa terhembus keluar dari ujung ubun-ubunnya. 

lantas iapun bertanya:

يا رب فأين عبادتي و اجتهادي

ya Allah, lantas di manakah ibadahku?dan di manakah usahaku?

Allah pun menjawab:

 إنك كنت تقنط الناس من رحمتي فى الدنيا فأنا أقنطك اليوم من رحمتي
dulu,,,,ketika engkau masih berada di dunia, engkau sudah membuat orang lain putus harapan dari mendapatkan rahmatku. dan sekarang Akupun akan memutuskan rahmatku kepadamu, kala ini juga.

dalam hal ini, Abu Hurairah pernah meriwayatkan sebuah hadits, yang secara makna sangat berbanding terbalik dengan fenomena 'Abid (ahli ibadah) dengan segala kecongkakannya membuat orang lain putus harapan. di mana, dalam hadits riwayatnya mengkisahkan seorang 'ASHI (ahli maksiat) namun sangat takut kepada Allah. dan iapun pada dasarnya tidak ridho dengan kemaksiatan yang dilakukannya.

dikisahkan...
pernah terlintas dalam sejarah peradaban manusia, seseorang laki-laki yang tidak pernah melakukan amal baik sedikitpun kecuali hanya secercah tauhid dalam hatinya. ketika ajal hendak menjemputnya, laki-laki tersebut berpesan kepada keluarganya:

"jika aku mati, bakarlah aku dengan api yang membara, sehingga aku berwujud menjadi sebuah abu. dan buanglah abu tersebut di lautan yang luas dengan nuansa angin yang beliup-liup kencang"

wasiat tersebut dengan niat, ia akan terlepas dari hisab Allah.

namun apalah daya, Iapun tidak terlepas dari kuasa Allah, untuk kemudian ditanya:

ما حملك على ما فعلت؟
apa yang membuat kamu termotivasi untuk melakukan hal tersebut? 

مخافتك
karena aku takut dengan-Mu wahai Tuhanku. "jawab sang laki-laki tersebut".

oleh karena sebab jawaban itu, Allahpun memberi rahmat ampunannya kepada sang laki-laki itu, walaupun pada dasarnya ia tidak memiliki rekam jejak perbuatan baik kecuali hanya secercah tauhid dan rasa takutnya kepada Allah.

dari kedua fenomena kontras makna tersebutpun, kita patut menarik benang merah: bahwa pada hakikatnya Allah tidak butuh sesembahan dari hambanya, melainkan Allah lebih suka jika seseorang lebih memperhatikan maslahat orang lain. yang mana, implemetasi dari ibadah tersebut pada hakikatnya dari manusia dan akan kembali untuk manusia itu sendiri. di samping itu, ibadah sebanyak apapun jika tidak ada rasa takut sedikitpun kepada Allah akan kalah jauh dengan pendosa yang memiliki rasa takut dengan penciptanya. karena memang, Allah lah yang berhak atas sifat MUTAKABBIR-NYA dengan segala IRADAH-NYA.

bahkan lebih dari itu,
'ABID (ahli ibadah) bisa saja kalah dengan 'ASHI (ahli maksiat)

itulah yang terlintas dalam benak penulis

'ABID YANG TERABAIKAN DAN 'ASHI YANG TERPERHATIKAN OLEH ALLAH

Diintisarikan dari kitab al-Mawaa'id al-Ushfuuriyah karya Syaikh Muhammad ibnu Abi Bakr
Pemalang, 31 Desember 2018
Restu Budiansyah Rizki









Posting Komentar

2 Komentar