BANI ISRAEL DAN SEGENGGAM TEPUNG
Restu Budiansyah Rizki
Diceritakan...
Dahulu kala, seorang yahudi berjalan di area ladang
berkerikil. Ndilalah, kaum bani israil
pada saat itu sedang mengalami paceklik pangan.
Iapun berangan-angan:
“andaikata kerikil-kerikil ini adalah sebuah tepung, niscaya dapat membuat kenyang masyarakat bani israil”.
Mendengar angan-angan seorang yahudi tersebut, Allah
memberikan sebuah bisikan kepada salah satu dari utusannya untuk memberitahukan
kepadanya (read:memberi wahyu) bahwa Allah telah mewajibbkan ia untuk bersedekah walaupun dengan
segenggam tepung. Iapun bersedekah sebagaimana yang diperintahkan.
Siapapun hambanya, jika ia mau menebar kasih sayang pasti
Allah akan melimpahkan rahmatNya. Oleh karena
itu, melalui perkataan sang yahudi
“andaikata kerikil-kerikil ini adalah sebuah tepung, niscaya dapaat membuat kenyang masyrakat”
iapun mendapatkan sebuah
pahala sebagaimana jika ia melakukannya.
sumber gambar oleh: jawaban.com
bagiamana hal tersebut mengandung makna kasih sayang? tentu jika ditelisik lebih dalam, perkataan "andaikata kerikil-kerikil ini adalah segenggam tepung, niscaya akan membuat kenyang masyarakat bani israil" pada hakikatnya sedang menunjukkan kepada kita sebuah perasaan mendalam bagaimana seseorang sedang menggambarkan sebuah fenomena yang ia ingin torehkan, dan ingin ia berikan kepada orang lain. jika permasalahan sudah menyangkut orang lain, tidak menutup kemungkinan mengarah pada rasa kasih-sayang. bagaimana mungkin seseorang dapat memberikan sesuatu kepada orang lain kecuali karena rasa belas kasihan, emmpati, dan kasih sayang.
hal itupun syarat akan logika makna "andai aku punya uang banyak, niscaya dapat memberi makan orang itu". dengan maksud seseorang ingin memberikan makanan kepada orang lain.
Dari hikayah tersebut, kita tahu bahwa sekecil apapun rasa
empati, rasa belas kasihan, dan rasa kasih sayang, akan mendapatkan sebuah
pahala sebagaimana jika empati, belas kasihan, dan kasih sayang tersebut
benar-benar dilakukan seseorang kepada orang lain.
Diintisarikan dari kitab al-Mawaa'id al-Ushfuuriyah karya Syaikh Muhammad ibnu Abi Bakr.
Pemalang, 30 Desember 2018
Restu Budiansyah Rizki
0 Komentar