Menelusuri jejak keindahan kosa-kata dan sajak Al-Qur'an tidak akan pudar dan rapuh untuk dibahas. pemilihan unsur kata yang dihadirkan dalam Al-Qur'an acap kali membuat para pendengarnya terbelalak kagum akan keindahan sajak, keluasan makna, dan keterkaitan bahasa yang digunakan.
Ia hadir menjadi penantang para penyair zaman jahiliyyah yang terkenal akan kekayaan bahasa yang selalu dipertontonkan di pasar Ukaz, salah satu panggung untuk memamerkan syai'r mematikan ala kaum Jahiliyyah di masa lampau.
Tidak tanggung-tanggung, Al-Qur'an menantang tidak hanya 1 orang, 2 orang untuk membuat ayat semisal ayat dalam Al-Qur'an, melainkan menantang sebuah kelompok (siapa saja) untuk membuat parade pertunjukkan yang mempertotonkan syair yang mampu mengalahkan kekayaan kata, keindahan sajak, dan kesinambungan bahasa dalam Al-Qur'an. bahkan sekelas Musailamah Al-Kadzab sang penyair ayat katak dan ayat tepungpun tertekuk.
Tantangan Al-Qur'anpun selalu membuat nyali para penyair jahiliyyah geram. mereka ditantang untuk membuat 10 ayat saja yang serupa dengan ayat Al-Qur'an atau bahkan cukup 1 ayat jika memang mereka mampu.
Mendengar tantangan Al-Qur'an tersebut, nyali orang-orang jahiliyyah menjadi ciut.
أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَاهُ قُلْ فَأْتُوا بِعَشْرِ سُوَرٍ مِثْلِهِ مُفْتَرَيَاتٍ وَادْعُوا مَنِ اسْتَطَعْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
“Bahkan mereka mengatakan: “Muhammad telah membuat-buat Al-Quran itu”, Katakanlah : “(Kalau demikian), maka datangkanlah sepuluh surat-surat yang dibuat-buat yang menyamainya, dan panggillah orang-orang yang kamu sanggup (memanggilnya) selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang benar” (Hud: 13).
Sekalipun memberi tantangan, Allah melalui kalam firmanNya memastikan bahwa seandainya dikumpulkan seluruh manusia atau bahkan jin untuk membuat ayat yang mirip dengan ayat Al-Qur'an, niscaya sia-sia usaha mereka untuk membuatnya.وَإِنْ كُنْتُمْ فِي رَيْبٍ مِمَّا نَزَّلْنَا عَلَى عَبْدِنَا فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِنْ مِثْلِهِ وَادْعُوا شُهَدَاءَكُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
“Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al-Qur’an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al-Qur’an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar” (Al-Baqarah: 23).
قُلْ لَئِنِ اجْتَمَعَتِ الْإِنْسُ وَالْجِنُّ عَلَىٰ أَنْ يَأْتُوا بِمِثْلِ هَٰذَا الْقُرْآنِ لَا يَأْتُونَ بِمِثْلِهِ وَلَوْ كَانَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ظَهِيرًا
Artinya: Katakanlah: “Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain”. (Al-Isra’: 88).
Tantangan kepada orang-orang jahiliyyah untuk membuat satu ayat mirip Al-Qur'an tidaklah main-main. sebab, gender kebahasaan yang digunakan Al-Qur'an memiliki sajak, makna, dan keluasan intisari yang sangat mendalam. sebagai contoh:
Dalam rangka Al-Qur'an mengajak umat Rasulullah untuk mendengarkan dan menelaah serta mempraktikan kandungan Al-Qur'an, kosa-kata yang digunakan adalah "استمعوا" dan "أنصتوا".
yang menjadi pertanyaan? mengapa Al-Qur'an menggunakan ke dua kata tersebut dalam perintah mendengarkan Al-Qur'an ketika sedang dibaca.
وَإِذَا قُرِئَ الْقُرْآنُ فَاسْتَمِعُوا لَهُ وَأَنْصِتُوا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
Dan apabila dibacakan Al Quran, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat. (Al-A'raf: 204)
ternyata:
kata "استمعوا" memiliki makna yang sangat mendalam yaitu: mendengar dan memperhatikan. kemudian setelah mendengar dan memperhatikan, Al-Qur'an mengikutinya dengan kata "أنصتوا" yang memiliki makna selain mendengarkan, memperhatikan (menelaah), juga menerapkan dalam kehidupan sebenarnya. sehingga secara sempurna Al-Qur'an mengajak umat Rasulullah untuk tidak hanya mendengar, melainkan juga memperhatikan (menelaah) dan mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari terkait kandungan Al-Qur'an.
Baca juga: PERBEDAAN AS-SAM'U (السمع), AL-ISTIMA' (الاستماع), DAN AL-INSHATH (الإنصات)
Rasanya, tidak masuk Akal bagi Fir'aun yang mengaku Tuhan, jika membuat kalam seindah Al-Qur'an saja tidak mampu. apalagi Musailamah Al-Kadzab dengan ayat katak dan tepungnya. atau dalam bahasa SEMARANGAN (ORAK CETHO BLASS).
Referensi istilah:
Ali Ahmad Madkur, Tadris Funun Al-Lughah Al-Arabiyah, 83-84.
0 Komentar