Advertisement

Responsive Advertisement

ADAB YANG HILANG: KETIKA ANAK BERMAIN DALIL DI HADAPAN IBUNYA


Ibu, sebagai salah satu insan yang sangat berjasa kepada seluruh anak-anaknya memiliki kasih sayang yang tidak dapat ditaksir berapapun harganya dan dengan mata uang apapun jenisnya. 
Kehadirannya sebagai pengayom telah membuat rasa nyaman dalam diri seorang anak. tak terlebih ketika sang anak membutuhkan kasih sayang dari seorang ibu.

Pengorbanannya selama 9 bulan dalam mengandung adalah salah satu dari sekian banyak hal yang dilakukan oleh sang ibu demi sang anak. Dan di saat sang anak lahir, betapa terharunya sang ibu meneteskan air mata kebahagiaan yang teramat sangat dahsyat karena dapat mampu melihat anaknya yang lucu, comel, dan menggemaskan telah terlahir ke dunia nyata. 

Lantas,
Apakah dengan terlahirnya sang anak ke dunia nyata, telah membuat perjuangan seorang ibu telah berhenti?
Ternyata tidak, di masa-masa sang anak lahir sampai pada umur 2 Tahun, seorang ibu memberikan Asi demi kesehatan sang anak, mengganti popok yang telah sang anak kencingi, dan tidak lelah untuk menahan kantuk yang taramat berat hanya demi melihat sang anak tertidur pulas, terlebih jika sang anak bangun dan merengek menangis meminta ASI di tengah malam dengan kantuk yang menusuk mata 

Di saat-saat batita dan balita, seorang ibu masih terus memberikan kasih sayangnya kepada sang anak bagaimana cara untuk berjalan, merespon gerakan, dan bahkan mengajarkan bagaimana untuk berbicara mengenalkan hal-hal disekeliling sang anak.

Di saat beranjak anak-anak, sang ibu masih tetap memberikan pendidikan, terus, dan terus memberikan pengawasan kepada sang anak, bahkan selalu berusaha memenuhi kebutuhan hidup sang anak hingga tibalah rasa kekhawatiran sang anak hilang untuk tetap dapat menjalani hidup.

Di samping itu, saat sang anak menginjak remaja, sang ibu dengan tulus senantiasa memberikan nasihat ketika sang anak lalai dalam mengarungi lautan kehidupan. 

Bahkan, di saat-saat usia remaja sang anak mendekati kedewasaan, sang ibu harus rela meneguhkan hati demi terpisah karena sang anak harus menikah dengan orang lain dan memulai kehidupannya sendiri.

ibu adalah sosok yang tidak meminta syarat apapun untuk mencintai sang anak. namun, balasan yang termahal untuk kecintaan seorang ibu adalah kebahagiaan anak.
ibu tidak menginginkan sang anak memberikan sesuatu kepadanya. sang ibu hanya ingin melihat anaknya bahagia.
Cinta sang ibu kepada anaknya, pada hakikatnya adalah sangat menyakitkan, terutama ketika sang ibu harus merelakan perpisahan dengan sang anak, dan hal demikian demi melihat sang anak menjadi insan yang mandiri, dan mencari kebahagiaan secara mandiri.
Itulah sakit yang sebenarnya yang dirasakan seorang ibu dari sang anak.

Sebab itulah, Ibu mendapatkan posisi yang teramat mulia di dalam sabda rosul: Ibumu, Ibumu, Ibumu, dan bapakmu.

Bahkan demi memberikan apresiasi kepada sang ibu, Allah melarang hambanya untuk berkata kasar kepada kedua orang tua walaupun hanya sebatas ungkapan "lah".
disebutkan dalam firmanNya:
وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا
Dan Rabb-mu telah memerintahkan agar kamu jangan beribadah melainkan hanya kepada-Nya dan hendaklah berbuat baik kepada ibu-bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, ‘Ya Rabb-ku, sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.’” (Al-Israa’ : 23-24).
Oleh karenanya, jangan sekali-kali mencoba menghardik kedua orang tua, walaupun hanya sebatas ungkapan "Ah". Apalagi sampai mendebat berdalil melontarkan ayat-ayat alqur'an dan hadits demi membenarkan perkataan.

Sebab, banyak fenomena terjadi di kalangan kehidupan sang anak, ketika mereka baru saja mendapatkan keilmuan, mereka langsung memainkan dalil dihadapan seorang ibunya, terlebih ketika seorang ibu sedang memberikannya nasihat.

Patutkah sang anak mendalili seorang ibu, padahal sang ibu yang telah mengajarinya bagaimana sang anak untuk berbicara?
Patutkah seorang anak mendalili seorang ibu, padahal sang ibu satu aqidah dengan sang anak?

Sayyidina Ali ibni Abi Thalib Berkata:
لا تستخدم حدة لسانك مع الأم التي علمتك كيف تتكلم
"Jangan kau gunakan manisnya lisanmu untuk (berdebat) di hadapan seorang ibu yang telah mengajarkanmu bagaimana untuk berbicara.
 

sumber video: Fb : Masjid Jendral Sudirman, Suara by:  Ustadz. Dr. Fakhrudin Faiz

Sebab,
Hal tersebut bukan hanya sekedar masalah bagaimana pandainya seorang anak berdalil, melainkan pada bagaimana adab seorang anak kepada sang ibu.



Posting Komentar

0 Komentar