salah satu kebiasaan yang sangat digandrungi oleh sebagian bahkan seluruh insan terutama dalam mengingat kenikmatan.
namun apalah dikata jika yang diingat adalah sesuatu yang tidak memberikan rasa kelezatan sama sekali ketika dibayangkan.
apalah dikata jika yang diingat adalah sesuatu yang menakutkan.
tentu hal itu bagi mereka yang tidak merasakan kelezatan iman.
sebab, jika sudah merasakan kelezatan iman, untuk membayangkan hal inipun tidak ada rasa takut bertunas dalam dirinya.
ialah "KEMATIAN" atau "AL-MAUT".
jauh sebelum kita lahir, rosulullah pernah bersabda menganjurkan umatnya untuk senantiasa selalu mengingat pemutus kenikmatan (baca: kematian). yaitu dalam riwayat abu hirairah:
jika sejenak kita berbincang mengenai kematian, ternyata terdapat rahasia yang kebanykan manusia lalai akan hal kematian.عن أبي هريرة رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه و سلم: أكثروا ذكر هاذم اللذات: الموت. رواه الترمذي و النسائي و صححه ابن حبانDari abu hurairah, bahwasanya rosulullah saw bersabda: perbanyaklah kalian dalam mengingat perkara pemutus kenikmatan (baca: kematian). (diriwayatkan oleh at turmudzi, an nasa'i, dan dishahihkan oleh ibnu hibban)
dalam diri kematian, memiliki khasiat untuk mengembalikan ingatan manusia akan kepada siapa nantinya mereka akan kembali. dan untuk apa mereka menjalankan hidup yang sekarang ini jika ternyata selanjutnya mereka akan mengalami kematian.
tibalah dengan kematian, manusia dapat mengetahui tujuan akhir kehidupannya kelak.
tibalah dengan kematian, manusia menyadari bahwa kehidupannya yang sekarang ini adalah ibarat mereka sedang bertanam untuk di panen demi bekal akhiratnya.
hal inilah yang pernah kemudin nabi musa bertanya kepada tuhannya, mengapa Allah yang membuat kehidupan, dan Allah pula yang memasukan sebagian hambanya ke neraka.
yang ternyata dijawab oleh Allah bahwa masa hidup ibarat seseorang bercocok tanam, ketika panenpun yang diambil hanya padi berkualitas baik. sedangkan kualitas buruk, tidak di ambil manfaatnya
jika sudah demikian sirr atau rahasia dari hadits di atas, masihkah pantas seseorang mengingat kelezatan dan kenikmatan duniawi yang hanya sementara?
Allahu A'lam bis showaab
referensi hadits:
- Ibnu Hajar al-Atsqolany, Bulughul Marom, Maktabah Al-Imarah, hal. 114.
0 Komentar