Advertisement

Responsive Advertisement

ANJURAN TALQIN MAYYIT

Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh sahabat seiman ataupun sekamanusiaan.

Sering kali kita menemukan sebuah fenomena yang sangat tidak asing dimata kita, ketika salah satu dari tetangga dan atau bahkan salah satu keluarga kita menghadap kehariban Tuhan yang maha kuasa (Allah).
Fenomena tersebut merupakan sebuah cara bagaimana seseorang melakukan interaksi terkahir terhadap saudaranya yang lain yang telah dipanggil oleh Allah.
Fenomena tersebut adalah "TALQIN MAYYIT".
Mentalqin mayyit merupakan salah satu kegiatan dimana seseorang yang masih hidup menuntun saudaranya yang telah tiada agar dapat mempersiapkan diri sekaligus mengingatkan akan jawaban terbaik tatkala dua malaikat mendatanginya di alam barzah.
Kegiatan mentalqin mayyit juga merupakan salah satu ajaran yang dicontohkan oleh Rosulullah saw. bahkan dalam sabdanya rosulullah memerintahkan kita untuk dapat mentalqin mayyit dengan kalimat tauhid.
Dalam sabdanya riwayat imam muslim dan imam 4 yang lain (Imam Abu Dawud, Imam Turmudzi, Imam Nasa'i, dan Imam Ibnu Majah)
Ùˆ عن أبي سعيد Ùˆ أبي هريرة رضي الله عنهما قالا: قال رسول الله صلى الله عليه Ùˆ سلم: لقنوا موتاكم لا إله إلا الله. رواه مسلم Ùˆ الأربعة

Dari Abi Sa'id dan Abi Hurairah r.a, berkata: Rosulullah saw bersabda: Talqinilah orang yang telah wafat diantara kalian dengan kalimat Laa Ilaaha Illa Allahu. (hadits riwayat imam muslim dan imam 4).
Sehingga kegiatan Talqin terhadap mayyit yang dilakukan oleh sebagian masyarakat Indonesia bukanlah suatu hal yang baru, melainkan telah dianjurkan langsung oleh rosulullah saw. 
Jika suatu amaliyah sudah memiliki dasar perintah anjuran dari rosulullah, maka tiada orang yang berhak mengatakan bahwa hal demikian (talqin) adalah bid'ah dolalah.
sehingga ketika salah satu tetangga atau bahkan keluarga kita meninggal dunia, jangan enggan untuk mentalqinkan kepadanya kalimat Laa Ilaaha Illa Allahu.
Demikian yang dapat dituangkan dalam tulisan kali ini.
semoga bermanfaat
Sumber hadits:
  • Ibnu Hajar al-Atsqolany, Bulughul Marom, Maktabah Imarotullah, hal. 114.


Baca Juga:
  1. sunnah memperbanyak mengingat mati
  2. larangan mengharap kematian (bunuh diri)

Posting Komentar

0 Komentar