Advertisement

Responsive Advertisement

PERJALANAN RASULULLAH DAN ABU THALIB KE SYAM

Ketika Rasulullah saw ditinggal wafat kakeknya, Abdul Muthalib pada umur 8 tahun, selang 3 tahun kemudian yaitu pada umur 12 tahun, Rasulullah saw melakukan perjalanan ke negeri syam bersama dengan pamannya, Abu Thalib untuk berniaga.

Perjalanan tersebut tampak pada mulanya akan dilakukan oleh sang paman sendirian. Namun rupanya rasa tidak tega muncul dalam diri Abu Thalib, sehingga mendorongnya untuk kemudian melakukan perjalanan bersama Rasulullah saw.

Bagi diri Rasulullah saw perjalanan berdagang tersebut bersama pamannya merupakan pengalaman pertama kali yang dirasakan Rasulullah. Sehingga, tidak butuh waktu lama untuk seorang paman mengajak keponakannya untuk berdagang. 

Setibanya di daerah Bushra (Nama desa yang terletak diperbatasan Syam dan Arab). Mereka bertemu dengan seorang pendeta yang sesekali menannyakan perihal yang dimaktub dalam kitab Yahudi bahwa akan ada seorang yang akan diutus menjadi Rasul di kalangan orang-orang arab. Rombongan kafilah Abu Thalib pun menjawab bahwa sampai saat yang sekarang ini (di masa itu) belum terlihat sebuah pertanda akan datangnya seorang Rasul sebagaimana yang dikatakan orang Yahudi menurut kitab mereka.

Ungkapan tersebut, tampaknya sering terlontar di kalangan umat Yahudi jauh-jauh hari sebelum diutusnya Rasulullah Muhammad saw menjadi seorang utusan. Bahkan tidak ketinggalan pula orang-orang Naasrani ikut serta dalam mengungkapkan akan adanya seorang Rasul yang akan diutus dari kalangan orang-orang Arab.

Bagaimanapun ungkapan tersebut dilontarkan oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani, Ternyata tidak membuat mereka beriman, justru sampai waktunya tiba pun mereka ingkar. hal tersebut sebagaimana difirmankan oleh Allah dalam surat al-Baqarah ayat 89:

"Maka setelah datang kepada mereka sesuatu yang telah mereka ketahui, mereka kemudian mengingkarinya. laknat Allah atas orang-orang yang ingkar tersebut".
Allahu A'lamu Bis Showaab

Posting Komentar

0 Komentar