Advertisement

Responsive Advertisement

Keutamaan Ramadhan: Sebab Turunnya Surat Al Baqarah Ayat: 183-185 (Part 1)

MARHABAN YA RAMADHAN
MARHABAN YA SYAHRA SHIYAAM

Selamat datang wahai ramadhan yang mulia.
6 Mei 2019- Ucapan selamat datang wahai ramadhan sudah sangat mendarah daging dalam diri umat Islam seantero dunia. Bahkan kehadiran ramadhan sendiri sudah ditunggu-tunggu jauh 3 bulan sebelum kedatangannya oleh seluruh umat muslim, terutama dalam kidung do'a "Allahumma Baarik Lanaa Fi Rajaba wa Sya'bana wa Ballighna Ramadhana" (Ya Allah berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya'ban, serta sampaikanlah umur kami hingga pada bulan Ramadhan). 
Ilustrasi gambar: Google

Kata "Marhaban" sendiri adalah bentukan dari kata "Tarhib" yang bermakna Penyambutan. Sehingga Gaungan seluruh umat muslim akan kalimat tarhib tersebut pada hakikatnya sedang menyambut kehadiran atau kedatangannya. Dan jika dipahami dari konteks kata "Tarhib" dan dikaitkan dengan 3 bulan-bulan tersebut, maka konotasinya adalah penyambutan terhadap seorang Tamu. sehingga mafhum yang dapat ditarik benang merahnya adalah pada dasarnya bulan Rajab, Sya'ban dan Ramadhan adalah laksana seorang tamu yang patut untuk disambut dan dijamu.

Lantas?!
bagaimana cara menyambut ke 3 bulan tersebut?
Tentu dengan senantiasa menghiasinya secantik mungkin. meruwat dan merawat kecantikannya dengan berbagai amalan shalih lillahi ta'ala. 

Sebagai salah satu kewajiban, Umat Islam diwajibkan untuk melaksanakan Puasa bulan Ramadhan. hal tersebut sebagaimana yang telah termaktub dalam Firman Allah surat al-Baqarah ayat 183-185:
 يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ (١٨٣) أَيَّامًا مَعْدُودَاتٍ فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ وَعَلَى الَّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ فَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَهُ وَأَنْ تَصُومُوا خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ (١٨٤) شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ  (١٨٥)
Sebab turunnya ayat tersebutpun tidak terlepas dari adanya kisah kedatangan Rasulullah dan kaumnya ke Madinah. Hal tersebut berdasar pada satu riwayat hadits sebagaimana berikut:

أخبرنا أبو العلي الحسين الروذباري قال: حدثنا محمد بن بكر قال: حدثنا أبو داود قال: حدثنا عمرو بن مرزوق قال: حدثنا شعبة عن عمرو بن مرة قال: سمعت بن أبي ليلي يقول: حدثنا أصحابنا أن رسول الله صلى الله عليه و سلم لما قدم المدينة أمرهم بصيام ثلاثة أيام ثم أنزل رمضان و كانوا قوما لم يتعودوا الصيام و كان الصيام عليهم شديدا فكان من لم يصم يطعم مسكينا فنزلت هذه الأية
(فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ)
Dikabarkan dari Abu al-Ali al-Husain ar-Rudzabariy bahwasanya ia berkata: Muhammad bin Abu Bakr berkata kepada kami bahwasanya Abu Dawud berkata: Amr bin Marzuq berkata kepada kami bahwasanya Sya'abah berkata dari Amr bin Murrah yang mengatakan: saya mendengar Aba Laily berkata bahwa para sahabat kita berkata bahwa: "ketika Rasulullah saw beserta kaummnya sedang menuju ke Madinah, Rasulullah memerintahkan mereka untuk melaksanakan puasa selama 3 hari, sehingga datanglah bulan Ramadhan. Mereka adalah kaum yang belum terbiasa berpuasa, jadilah perintah puasa menurut mereka adalah hal yang sangat susah, dan sebagai gantinya barang siapa yang tidak mampu melaksanakan puasa, maka hendaknya ia memberi makan orang miskin.
Peristiwa tersebutlah yang menjadi cikal bakal turunya ayat فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ.

Allahu A'lam bis Shawaab

Referensi:
  • al-Imam Abu Bakr Ahmad bin al-Husain bin Ali al-Baihaqi, Fadhail Auqhaat, Daar al-Kutub al-Ilmiah, 35.



Posting Komentar

0 Komentar