Advertisement

Responsive Advertisement

MASJID DAN BAKUL KERAMAT


BAB I

PENDAHULUAN



            A. Latar Belakang

Alhamdulillah, atas berkat rahmat Allah SWT makalah ini telah terselesaikan dengan penuh kelancaran. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan atas baginda Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing umat dari gelapnya kebodohan menuju kepada terangnya Ilmu pengetahuan. Selanjutnya tidak lupa rasa terima kasih kami sampaikan yang sebesar-besarnya kepada Dr. H. Zulfi Mubaraq, M. Ag. yang dengan sabar telah mengarahkan anak didiknya untuk dapat mempresentasikan dan menyusun makalah ini dengan baik dan benar. Adapun pembahasan yang diangkat dalam makalah ini berjudul “PENDEKATAN SOSIOLOGI MASJID DAN BAKUL KERAMAT KONFLIK DAN INTEGRASI DALAM MASYARAKAT BUGIS AMPARIA KARYA DR. H. M. ATHO MUDHAR”.

Adapun tema yang dibahas dalam makalah ini berupa fenomena dengan pendekatan sosiologi yang terjadi di dalam masyarakat Bugis desa Amparia, Sulawesi Selatan. Yang lebih menariknya lagi bahwa fenomena yang menyangkut konflik dan integrasi masyarakat Bugis Amparia tersebut telah diteliti oleh seorang cendekiawan bernama Dr. H. M. Atho Mudhar dengan melalui pendekatan Sosiologi dengan melibatkan 3 kelompok yang hidup secara bersama-sama dalam satu naungan Adat, Bahasa, Budaya, dan Tempat yang sama. Kendati mereka telah hidup dalam satu naungan adat, bahasa, budaya, dan tempat yang sama, Namun mereka tidak akan bisa terlepas dengan adanya suatu konflik ataupun integrasi selama menitih kehidupan sosial bermasyarakat. Apabila seseorang menengok desa Amparia yang secara latar belakang memiliki 3 kelompok sosial keagamaan yang sangat berbeda antara yang satu dengan yang lain, Maka dapat dilihat bahwa mereka memiliki suatu fenomena yang tidak biasa dalam melaksanakan drama kehidupan yang memang dibilang sangat kompleks. Kenapa tidak? Bayangkan! dalam suatu desa terdapat 3 macam kelompok yang berbeda, diantaranya Islam (sebagai kelompok yang menyembah Allah YME), kelompok Towani Tolotang (dengan konsep ketuahanan yang disebut Dewata Seuwae, dengan ibadah menyembah Kuburan nenek moyang dan batu), serta kelompok Tolotang Benteng (mengaku beragama Islam, namun sama dengan kelompok Towani Tolotang dan tidak melaksanakan ritual keIslaman) hidup dalam konsentrasi kehidupan yang saling berbeda. Dalam satu sisi, mereka berbeda pandangan yang dapat menimbulkan konflik, namun di sisi lain mereka hidup dalam persamaan-persamaan yang dapat menimbulkan integrasi. Kendati demikian, Amparia tetaplah Amparia, dengan wajah yang berbeda namun sangat menarik untuk dieksplorasi semua unsur-unsur pengetahuan yang ada di dalamnya. Berangkat dari adanya 3 kelompok di dalam desa Amparia itulah yang mendorong Dr. H. M. Atho Mudzhar untuk melakukan penelitian Sosiologi dengan mengerahkan seluruh komponen penelitian Sosiologi yang  berkaitan dengan  “Masjid dan Bakul Keramat (Konflik dan Integrasi dalam Masyarakat Bugis Amparia)”.

Sebagaimana makalah ilmiah yang lain, maka sistematika yang dihadirkan dalam penulisan makalah ini mengacu pada beberapa hal di bawah ini:

BAB 1 (PENDAHULUAN) terdiri dari: Latar Belakang, Rumusan Masalah, dan Tujuan Pembahasan.

BAB II (PEMBAHASAN) terdiri dari: Pengertian Pendekatan Sosiologi, dan Pola, Model, Metode, Teknik, dan Langkah-langkah Penelitian yang digunakan Dr. H. M. Atho Mudhar, serta Hasil Penelitian.

BAB III (ANALISIS DAN DISKUSI) terdiri dari: Analisis dan Diskusi.

BAB IV (PENUTUP) terdiri dari: Kesimpulan dan Daftar Rujukan.


      B. Rumusan Masalah
Sebagaimana permasalah yang telah ditelaah dalam kacamata sosial, maka muncullah suatu rumusan masalah berikut ini:

1.    Apa Pengertian Pendekatan Sosiologi?

2.    Bagaimana Pola, Metode, Teknik dan Langkah-langkah pendekatan sosiologi dalam Masjid dan Bakul Keramat karya Dr. H. M. Atho Mudhar?

3.    Bagaimana hasil penelitian pendekatan Sosiologi dalam Masjid dan Bakul Keramat karya Dr. H. M. Atho Mudhar?


Tujuan Pembahasan

Berpijak pada rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian, tujuan pembahasan di sini adalah sebagai berikut:

1.    Ingin memahami pendekatan Sosiologi.

2.    Ingin memahami Pola, Metode, Teknik dan Langkah-langkah pendekatan sosiologi dalam Masjid dan Bakul Keramat Karya Dr. H. M. Atho Mudhar.

3.    Ingin memahami hasil penelitian Sosiologi dalam Masjid dan Bakul Keramat Karya Dr. H. M. Atho Mudhar.


BAB II

POKOK PEMBAHASAN



A.    Pengertian Pendekatan Sosiologis Secara Etimologi dan Terminologi

1.      Pendekatan

Secara etimologi pendekatan berasal dari kata dekat yang artinya pendek, tidak jauh, hampir. Kata pendekatan berasal dari kata dekat yang berimbuhan pe- dan akhiran –an. Setelah berubah menjadi kata pendekatan, maka arti katanya pun juga berubah yaitu proses, cara perbuatan mendekati.[1]

Di dalam Kamus Bahasa Inggris kata pendekatan dikenal dengan istilah approach yang berarti mendekatnya, datangnya, menjelang, tibanya atau oncoming yang bermakna pendekatan.[2]

Sementara itu, kata pendekatan dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah al-Madkhal (المدخل) diambil dari kata دخل atau (التقريب) yang diambil dari kata قرّب yang bermakna dekat.[3]

Sedangkan menurut terminologi pendekatan diartikan sebagai usaha dalam rangka aktivitas penelitian untuk mengadakan hubungan dengan orang yang diteliti atau metode untuk mencapai pengertian tentang masalah penelitian.[4]

2.      Sosiologi

Secara etimologi, kata sosiologi berasal dari bahasa latin yang terdiri  dari kata “socius” yang berarti teman, dan “logos” yang berarti berkata atau berbicara tentang manusia yang berteman atau bermasyarakat.[5]

Secara terminologi, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial termasuk perubahan-perubahan sosial.[6] Adapun objek sosiologi adalah masyarakat yang dilihat dari sudut hubungan antara manusia dan proses yang timbul dari hubungan manusia dalam masyarakat. Sedangkan tujuannya adalah meningkatkan daya kemampuan manusia dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan hidupnya.

Sosiologi adalah suatu ilmu yang menggambarkan tentang keadaan masyarakat lengkap dengan struktur, lapisan, serta berbagai gejala sosial lainnya yang saling berkaitan. Dengan Ilmu ini suatu fenomena sosial dapat dianalisis dengan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya suatu hubungan atau interaksi sosial, mobilitas sosial, serta beberapa keyakinan yang mendasari terjadinya proses tersebut.[7]

3.      Pendekatan dan Metode Sosiologi

Untuk menghasilkan suatu teori tentulah melalui pendekatan-pendekatan, demikian  halnya dengan teori-teori sosiologi.

Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan tentu saja juga menggunakan metode ilmiah dalam memahami dan mengerti masyarakat dan hubungan-hubungan antar manusia. Sebagai suatu usaha analisis yang memakai metode kajian ilmiah, sosiologi dituntut untuk memakai pendekatan yang bersifat empiris. Sosiologi dapat memilih berbgai metode[8] dalam melaksanakan kajiannya. Tentu saja metode yang dipilih sesuai dengan prosedur, alat dan desain penelitian yang digunakan. Desain penelitian harus sesuai dengan metode yang dipilih.

Dalam kaitan metode penelitian sosiologi terdapat beberapa pendapat dari para ahli  yang penulis utarakan dalam tulisan ini, diantaranya adalah:

Menurut Soerjono Soekanto mengemukakan bahwa pada dasarnya ada dua metode yang digunakan dalam sosiologi, yaitu[9]:

a.       Metode Kualitatif

Metode kualitatif adalah metode yang mengutamakan bahan yang sukar dapat diukur dengan angka-angka atau dengan ukuran-ukuran lain yang bersifat eksak walaupun bahan-bahan tersebut secara nyata ada dalam masyarakat. Dalam metode kualitatif ini terdapat beberapa jenis metode, antara lain:

1)      Metode historis, yaitu metode yang menggunakan analisis atas peristiwa yang terjadi dimasa lampau untuk menghasilkan prinsip-prinsip umum dari pola-pola sosial, proses dan perubahannya.

2)      Metode komparatif, yaitu metode yang mementingkan perbandingan antara berbagai jenis masyarakat beserta bidang-bidangnya, tujuannya untuk mengahasilkan persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan serta sebab dan akibat-akibatnya.

3)      Metode studi kasus, yaitu metode pengamatan tentang suatu keadaan kelompok, masyarakat setempat, lembaga-lembaga maupun individu-individu. Alat-alat yang digunakan dalam studi kasus antara lain: wawancara (interview), daftar pertanyaan (questionnare), dan participant observer technique (pengamat terlibat dan ikut dalam kehidupan sehari-hari masyarakat) yang diamati.

b.      Metode Kuantitatif

Metode kuantitatif adalah penelitian yang menggunakan bahan-bahan penelitian berupa angka-angka sehingga gejala yang diteliti dapat diukur dengan skala, neraca, indeks, tabel, dan formula, termasuk dalam hal ini adalah metode statistik, yaitu gejala masyarakat sebelum diteliti dikuantifikasi lebih dahulu.

Selain metode diatas, ada metode-metode atau penalaran lain yang perlu difahami, antar lain:

a.       Metode Eksplanatori

Metode Eksplanatori adalah metode yang bersifat menjelaskan atas jawaban dari pertanyaan “mengapa” dan “bagaimana” sehingga lebih mendalam daripada metode deskriptif yang hanya bertanya tentang apa, siapa, kapan dan dimana. Metode ini termasuk bagian dari metode empiris.

b.      Metode Fungsionalisme

Metode fungsionalisme adalah metode yang bertujuan untuk meneliti fungsi lembaga-lembaga kemasyarakatan dan struktur social dalam ]masyarakat. Metode ini berpendirian pokok bahwasannya unsur-unsur yang membentuk masyarakat memiliki hubungan timbal balik yang saling mempengaruhui, masing-masing memiliki fungsi tersendiri terhapa masyarakat.

c.       Metode Survei

Metode Survei adalah metode yang berusaha untuk memperoleh data dari angka populasi yang relatif besar untuk menentukan keadaan, karakteristik, pendapat dan populasi sekarang yang berkenaan dengan satu variabel atau lebih.

d.      Metode Deduktif

Adalah metode berfikir yang dimulai dari hal-hal yang berlau umum untuk menarik kesimpulan yang khusus. Dalam hal ini, data-data dan fakta dianalisis berdasarkan panduan teori atau kesimpulan umum yang telah ada. Jadi, dari yang umum menuju yang khusus. Oleh karenanya, metode ini dikenal sebagai metode “teori sentris”.

e.       Metode Induktif

Yaitu metode berfikir dengan mempelajari gajala-gejala khusus untuk mendapatkan kesimpulan yang bersifat umum. Metode ini adalah cara menarik kesimpulan umum dari data dan fakta yang diperoleh dari melakukan pengumpulan data di lapangan. Yng dilakukan adalah menarik kerangka umum sebagai teori dari data-data atau fakta –fakta yang dianggap sebagai gejala-gejala khusus. Dari hal-hal yang kusus dihasilhakn generalisasi yang umum yang dinamakan teori.

f.       Metode Empiris

Yaitu suatu metode yang mengutamakan keadaan-keadaan dari pengalaman nyata yang ada dimasyarakat.

g.      Metode Rasional.

Adalah metode yang mengutamkan penalaran dan logika akal sehat untuk memahami suatu masyarakat.

B.     Pola, Metode, Teknik, dan Langkah-langkah penelitian pendekatan sosiologi Masjid dan Bakul Keramat (Konflik dan Integrasi Masyarakat Bugis Amparia) dalam buku Pendekatan Studi Islam Teori dan Praktik karya Dr. H. M. Atho Mudzhar

1.      Pola penelitian Masjid dan Bakul Keramat

Sebagaimana yang telah diuraikan dalam buku karya Dr. H. M. Atho Mudzhar, dalam penelitiannya yang bertajuk sosial masyarakat desa Amparia terkhusus pada pembahasan Masjid dan Bakul Keramat (Konflik dan Integrasi dalam Masyarakat Bugis Amparia), dalam pelaksanaan penelitiannya, Atho Mudhar berusaha menyandingkan berbagai macam kelompok memiliki kecenderungan yang berbeda dalam hal keyakinan atau kepercayaan atau bahkan tatanan skala sosial masyarakat. Sehingga pendekatan yang digunakanpun tidak lepas dari pendekatan sosiologi. 3 kelompok tersebut adalah:[10]

a.         Kelompok Islam

b.         Kelompok Towani Tolotang

c.         Kelompok Tolotang Benteng

Dari ketiga kelompok tersebut di atas, muncullah reaksi perlakuan selanjutnya sebagai upaya menggali semua informasi yang terdapat di dalam ketiga kelompok tersebut dengan pemetaan di bawah ini:

a.         Fenomena kehidupan sosial, politik, unsur kehidupan lain kelompok Islam

b.         Fenomena kehidupan sosial, politik, unsur kehidupan lain kelompok Towani Tolotang

c.         Fenomena kehidupan sosial, politik, unsur kehidupan lain kelompok Tolotang Benteng.

Ketika suatu pembahasan 3 ranah di atas ditemukan, selanjutnya dilaksanakan filterisasi terkait beberapa hal berikut:

a.         Bagimana konflik muncul dalam 3 kelompok.

b.         Bagiaman Integrasi muncul dalam 3 kelompok. Serta

c.         Dalam hal apa konflik dan integrasi 3 kelompok terjadi

Berangkat dari perbedaan dan persamaan 3 kelompok tersebut, muncullah pertanyaan:

a.         Apa faktor yang menyebabkan adanya konflik dan integrasi antar kelompok?

Yang kemudian pola penelitian Atho Mudhar itulah yang akan menjadi jawaban atas Beberapa pertanyaan penelitiannya (Rumusan Masalah) berikut: [11]

a.       Apakah perbedaan 3 kelompok itu menimbulkan konflik?

b.      Apakah persamaan 3 kelompok itu menimbulkan integrasi?

c.       Dalam segi apa konflik dan integrasi 3 kelompok itu terjadi?

d.      Apa faktor penyebab terjadinya konflik dan integrasi pada 3 kelompok itu?

Dan pada akhirnya terlihatlah salah satu pola yang dilakukan Atho Mudhar dalam penelitiannya yang berdasarkan pada pola yang bersifat Exploratory[12] Induktif (menjelajahi dengan pola induktif). Karena dalam hal ini Atho Mudhar berusaha mencari penjelasan tentang sebab-sebab terjadinya konflik dan integrasi sosial di Amparia, setelah sebelumnya melakukan deskriptif tentang kenyataan konflik dan integrasi di masyarakat Amparia dalam kacamata “Case Study”.



2.      Metode Penelitian Masjid dan Bakul Keramat

Sebagaimana metode yang ada dalam penelitian sosiologi, salah satu metode yang digunakan oleh Atho Mudhar dalam penelitiannya adalah metode Studi Kasus sebagai upaya dari menerapkan Grounded Research, yaitu penelitian yang bertujuan untuk menemukan sebuah teori melalui data yang diperoleh secara sistematis dari pengalaman lapangan yang telah dilakukannya. Dan atas dasar itulah Atho Mudhar hendak membangun suatu Hipotesa atau Teori.[13]

3.      Teknik Penelitian Masjid dan Bakul Keramat

Beranjak pada sisi teknik penelitian yang digunakan Atho Mudhar dalam meneliti gejala konflik-integrasi sosial masyarakat di desa Amparia, dapat dilihat bahwa secara teknik pengumpulan data yang dilakukan Atho Mudhar berdasarkan pada Teknik Observasi Partisipasi (Participant Observation) dengan kedudukan Atho Mudhar sebagai pengamat secara langsung yang ikut andil dalam penelitiannya. Di samping itu pula, Atho Mudhar juga menggunakan metode Wawancara dalam melakukan penelitiannya. Lebih tepat jika dapat dikatakan bahwa wawancara yang digunakan adalah wawancara tak berstruktur, sebab Atho Mudhar tidak berpijak pada rentetan susunan pertanyaan wawancara sebagaimana pertanyaan yang sudah disiapkan layaknya penelitian yang lain dengan berupa urutan pertanyaan-pertanyaan wawancara, melainkan wawancara yang tetap fokus pada satu pokok tertentu. Dengan menggali informasi secara langsung fokus di tempat penelitian dan fokus dengan permasalahan yang diteliti. Hal itu dapat dilihat dari 113 kali wawancara yang dilakukan pada 85 responden yang terdiri atas 44 orang Islam dengan 443 kali wawancara, 24 orang Towani Tolotang dengan 442 kali wawancara, dan 15 orang Tolotang Benteng dengan 27 kali wawancara. Kendati demikian, Atho Mudhar juga menggunakan penelusuran data sekunder terhadap penelitiannya.[14]

4.      Langkah-langkah penelitian Masjid dan Bakul Keramat

Langkah-langkah yang dilakukan Atho Mudhar dalam menganalisa penelitiannya adalah sebagai berikut:

a.       Menyeleksi Individu atau kelompok yang hendak diperbandingkan dan sekaligus menjadi sumber data yang dalam hal ini menjamah 3 kelompok di desa Amparia dengan beserta para tokoh masyarakat yang lain.

b.      Data-data yang telah diperoleh dimasukan dalam kartu berukuran 10X20 cm untuk kemudian dicari persamaan dan perbedaan yang melahirkan kategori-kategori tersendiri.

c.       Dari adanya kategori tersebut dicarilah pokok untuk diketahui sifatnya, misalnya: bahwa perkawinan antar 3 kelompok tersebut terlarang dan karena itu tidak pernah terjadi.

d.      Kategori tersebut kemudian saling dihubungkan satu sama lain sehingga melahirkan hipotesa-hipotesa. Misalnya: bahwa kategori pendidikan agama dan perkawinan selalu cenderung menimbulkan konflik sosial dan memperjauh jarak antar kelompok. Dan sebaliknya pada pertanian, dan kekayaan budaya menimbulkan integrasi sosial.

e.       Hipotesa-hipotesa ini kemudian dihubungkan lagi demi ditemukannya suatu inti dari teori yang akan muncul. Misalnya: dari sejumlah faktor pendorong konflik sosial, ternyata “Faktor Politik” lebih dominan, begitupun faktor pendorong integrasi sosial, ternyata “Faktor Politik” lebih dominan. Jalur dominan inilah yang kemudian menjadi “inti dari suatu teori”.[15]

C.     Hasil Penelitian

Dari penelitian yang telah dilakukannya selama 20 minggu, dengan rincian:

Pertama : 15 Maret - 16 April 1977 (5 minggu)

Kedua       :  18 Mei - 23 Juni 1977 (6 minggu)

Ketiga       : 27 Juli – 23 September 1977 (9 minggu)

Atho Mudhar telah sampai pada kesimpulan dari Rumusan Masalah yang diajukannya, yaitu bahwa:

1.         Perbedaan Antar 3 kelompok tersebut telah menimbulkan konflik sosial. Walopun berbeda intensitasnya. Konflik antara Islam dan Towani Tolotang lebih keras daripada konflik antara Islam dan Tolotang Benteng atau antara Towani Tolotang dan Tolotang Benteng.

2.         Fenomena integrasi sosial antar 3 kelompok mulai terlihat saat menjelang pemilu 1971, Yang secara kebetulan kelompok Towani Tolotang masuk dalam barisan Golkar sedangkan di sisini lain Tolotang Bentengpun demikian.

3.         Terjadinya konflik dalam segi kepercayaan dan pandangan yang masing-masing berbeda konsep, sejarah asal-usul, aturan keagamaan tentang makan, perkawinan, penyelengaraan pendidikan, bekas adanya konflik pimpinan, kecurigaan. Sedangkan terjadinya integrasi dilihat dari segi kepercayaan tentang gunung lowa, kekayaan kebudayaan lama, pendidikan dalam arti umum, pertanian, politik, kekerabatan, lingkungan alam, dll.

Dalam hal ini aspek politik sama sama menjadi segi adanya konflik dan integrasi sosial.

Faktor Konflik antara kelompok Islam dan Towani Tolotang berawal dari soal keagamaan (upacara kematian, 1994) yang kebetulan menyangkut harga diri kelompok Towani Tolotang yang tidak mau dilaksanakan dengan cara Islam. Kemudian berlanjut saat tertunjang dengan Faktor Politik pada masa pemberontakan DI/TII, yang secara kebetulan Pemuda Islam ada yang terlibat di dalam DI/TII sedangkan kelompok lain bersama TNI berusaha Menumpas DI/TII dan G30S/PKI. konflik antara Islam dan Tolotang Benteng tampak saat G30S/PKI. Sedangkan konflik antara Towani Tolotang dan Tolotang Benteng juga bermula tahun 1944 yaitu saat menepati atau tidak menepati janji mereka dengan Raja Sidenreng La Cibu tentang penyelenggaraan perkawinan dan kematian secara Islam, dengan Towani Tolotang lebih menolak jika dilaksanakan dengan cara islam. Konflik antar 3 kelompok lebih radikal tatkala terdapat operasi “Malilu Sipakaenga” yang berusaha menghilangkan semua kegiatan penyembahan terdapat kuburan Towani Tolotang, dan sumur-sumur kepercayaan Tolotang Benteng. Dan itu banyak terjadi saat penumpasan G30S/PKI. Konflik dikatakan radikal sebab menyangkut doktrin keagamaan yang saling menolak satu sama lain serta faktor politik sekaligus.

Di samping Faktor Konflik, Faktor integrasi yang ditimbulkan juga karena adanya persamaan pandangan politik yang mana Towani Tolotang juga ikut masuk dalam barisan Golkar.

Sehingga penelitian yang dilakukan Atho Mudhar dapat menarik hipotesa atau teori inti bahwa “Politiklah yang paling dominan dalam memunculkan konflik dan integrasi di desa Amparia”.



BAB III

ANALISIS DAN DISKUSI



A.    Telaah Kasus Konflik dan Integrasi Masyarakat Bugis Amparia dalam kacamata Muamalah dalam Islam.

Jika ditelaah kembali terkait kasus yang terjadi dalam masyarakat Bugis Amparia, terutama hal-hal yang menyangkut adanya konflik antar kelompok tersebut seperti larangan dikawinkan sesuai Islam dan mayat diupacarakan secara Islam (ketika itu Towani Tolotang belum mempunyai cara pelaksanaan Upacara), pelarangan sipulung[16] 1996 oleh pemuda Islam, rencana perusakan Pakaweruhe[17]oleh pemuda Islam, ketika matinya pemimpin mereka yang dalam ketentuan pemerintah daerah Sidenreng Rappang pernah ada peraturan bahwa setiap warga Towani Tolotang harus diupacarakan secara Islam. Dari sini, maka dapat ditarik benang merah dari peristiwa tersebut dilihat dari ketentuan Islam, bahwa:

1.      Terkait Pelarangan Sipulung yang merupakan kepercayaan Towani Tolotang oleh pemuda Islam merupakan sebuah tindakan yang sangat dilarang oleh agama Islam Itu sendiri. Sebab bagaimanapun juga kita tidak boleh memaksa orang lain yang berbeda kepercayaan untuk harus ikut kepercayaan Islam. Dan hal ini menggindikasikan bahwa pemuda Islam pada saat itu belum sepenuhnya matang akan Islam.

2.      Perusakan terhadap sumur kepercayaan Tolotang Benteng pun tak luput dari perbuatan yang tidak dibenarkan dalam Islam ataupun Negara. Sebab sama halnya seperti pelarangan Sipulung, kitapun tidak dibenarkan untuk mengganggu ketentraman orang lain, dan bahkan mendapat jaminan dari Negara bahwa masing-masing individu memiliki hak untuk menjalankan kepercayaannya masing-masing.

3.      Adanya larangan dinikahkan secara islam oleh kepercayaan lain memang benar adanya dalam Islam. Bahkan adanya pelarangan mensholatkan jenazah Towani Tolotang oleh Islam juga merupakan sebuah keniscayaan dari ajaran Islam itu sendiri. Sehingga dalam hal ini, Islam memandang sebuah kebenaran bahwa mensholati jenazah selain Islam adalah dilarang.

4.      Sebuah Narasi yang mengatakan bahwa “Islam yang tidak suka saya (pemimpin Towani Tolotang), karna itu saya (pemimpin Towani Tolotang) tidak mau lagi masuk Islam” merupakan statement yang tidak mendasar, sebab dalam hal ini, Islam memang melarang mensholati jenazah yang bukan Islam.

5.      Adanya fenomena kekerasan oleh Pemuda Islam kepada Towani Tolotang dan Tolotang Benteng, penulis mempunyai beberapa pertanyaan yang kiranya merupakan gambaran rasa penasaran terhadap fenomena tersebut. salah satunya adalah: apakah benar Pemuda Islam dikala itu sangat brutal? Dan atas dasar apa Pemuda Islam melarang kepercayaan Sipulung masyarakat Towani Tolotang dan berniat merusak Sumur kepercayaan Tolotang Benteng? Jika alasan yang disodorkan hanya karena menganggap semua tindakan mereka adalah syirik, maka hal itu sangat tidak mendasar, sebab kendati apapun kepercayaan adalah kepercayaan yang masing-masing memiliki kepercayaan yang berbeda-beda. Dan seseorang tidak berhak memaksa untuk ikut terhadap kepercayaannya.

B.     DISKUSI

sebagaimana yang telah dipaparkan pemateri, muncullah pertanyaan sebagai berikut:

1.      Apakah yang dimaksud dengan pelarangan perkawinan, makanan, upacara kematian, dan pendidikan khusus?

2.      Apakah ada integrasi antara ketiga kelompok tersebut, yaitu Islam, Towani Tolotang, dan Towani Benteng?

JAWAB:

1.      Konflik yang terjadi antar tiga kelompok masing-masing disebabkan karena berbedanya konsep terkait pelarangan perkawinan, makanan, upacara kematian, dan pendidikan khusus. Maksudnya adalah:

a.       Pelarangan perkawinan, bahwa di dalam kehidupan 3 kelompok tersebut, jika seseorang hendak menikah haruslah dengan pernikahan satu kepercayaan, dan tidak boleh diadakan pernikahan antara persilangan 3 kelompok tersebut. jika ingin menikah maka harus Islam dengan Islam, Towani Tolotang dengan Towani Tolotang, dan Tolotang Benteng dengan Tolotang Benteng.

b.      Larangan makan dari berbeda kepercayaan, dalam hal ini pemuda Islam dilarang memakan makanan kepercayaan lain yang merupakan sebuah hasil dari sesaji yang dipersembahkan kepada Dewa. Dan hal ini menimbulkan sakit hati salah satu kelompok sehingga konflik pun terjadi

c.       Upacara kematian, bahwa masyarakat Towani Tolotang dilarang melakukan upacar kematian secara islam. Padahal pada waktu itu, Towani Tolotang belum memiliki adat cara upacara kematian. Hal ini telah membuat salah satu kelompok merasa tidak terima dan akhirnya konflik terjadi.

d.      Pendidikan khusus, bahwa ketika berada dalam pendidikan sekolah. Salah satu kelompok tidak boleh mengajari kepercayaan kelompoknya kepada kelompok lain.

2.      Integrasi antar 3 kelompok terjadi dalam hal politik pemilu dengan Golkar menjadi unggul dikarenakan persamaan pandangan untuk memihak Golkar. Disamping itu juga adanya perlombaan menyusun tumpukan padi diatas bukit menjadikan terintegrasinya ketiga kelompok tersebut secara serentak.



BAB IV

PENUTUP



A.       KESIMPULAN

Sebagaimana yang telah dibahas dalam penelitian Masjid dan Bakul Keramat dalam buku Pendekatan Studi Islam Karya  Atho Mudhar, maka dapat ditarik kesimpulan:

1.      Secara etimologi pendekatan berasal dari kata dekat yang artinya pendek, tidak jauh, hampir. Sedangkan menurut terminologi pendekatan diartikan sebagai usaha dalam rangka aktivitas penelitian untuk mengadakan hubungan dengan orang yang diteliti. Sosiologi sendiri Secara etimologi  berasal dari bahasa latin yang terdiri  dari kata “socius” yang berarti teman, dan “logos” yang berarti berkata atau berbicara tentang manusia yang berteman atau bermasyarakat. Secara terminologi, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial termasuk perubahan-perubahan sosial.

2.      Pola yang dilakukan atho mudhar dalam penelitianya melalui pendekatan sosiologi yang berbentuk Exploratory Research. Dengan metode Studi kasus sebagai penerapan Grounded Research. Adapun tehnik yang dilakukan dalam menggali data dengan Wawancara dan Observasi. Dengan langkah-langkah mengumpulkan data ketiga kelompok kemudian ditelaah dan ditemukan suatu Hipotesa atau Teori Iinti.

3.      Hasil penelitian Atho Mudhar menyatakan bahwa: perbedaan ketiga kelompok telah menimbulkan konflik. Dan persamaan ketiga kelompok menimbulkan integrasi. Adapun perbedaan terjadi pada aspek makanan, kematian, perkawinan dan politik. Sedangkan persamaan pada aspek situs gunung lowa (bukit), pertanian, kekayaan alam sekitar, dan juga politik setelah terjadi persamaan pandangan Towani Tolotang untuk bergabung dalam mendukung Golkar.





DAFTAR RUJUKAN



Bisri, Adib., Munawwir. 1999. Kamus Arab-Indonesia, (Surabaya: Pustaka Progressif)

Echols, John M., Hassan Shadily. 1976. Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama)

Maman. 2006. Metodologi Penelitian Agama Teori dan Praktik, (Jakarta: Raja Graffindo Persada)

Mubarok, Zulfi. 2010.  Sosiologi Agama, (Malang: UIN-Maliki Press)

Mudhar, Atho. 2001. Pendekatan Studi Islam Teori dan Praktik, (Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR)

Munawwir, Achmad Warson., Muhammad Fairuz. 2007. Kamus Indonesia-Arab, (Surabaya: Pustaka Progressif)

Nata, Abuddin. 2011.  Metodologi Studi Islam, (Jakarta: Rajawali Pers)

Oxford: Learner’s Pocket Dictionary. 2008. (China: Oxford University Press)

Syani, Abdul. 1995. Sosiologi Dan Perubahan Masyarakat  (Lampung : Pustaka Jaya,)

Tim MGMP, Sosiologi SUMUT, Sosiologi (Medan : Kurnia, 1999) h. 3.

Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), h. 50. 

Tohirin. 2012. Metode Penelitian dan Pendekatan dan Bimbingan Konseling, (Jakarta: Raja Graffindo Persada)




[1] Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), h. 50. 
[2] John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1976), h. 35. Untuk mengetahui cara mengejanya silahkan buka Oxford: Learner’s Pocket Dictionary, (China: Oxford University Press, 2008), Cet ke-4, h. 18.
[3] Adib Bisri dan Munawwir, Kamus Arab-Indonesia, (Surabaya: Pustaka Progressif, 1999), Cet ke-1, h.190. Lihat juga Achmad Warson Munawwir dan Muhammad Fairuz, Kamus Indonesia-Arab, (Surabaya: Pustaka Progressif, 2007), Cet ke-1, h. 222.
[4] Tohirin, Metode Penelitian dan Pendekatan dan Bimbingan Konseling, (Jakarta: Raja Graffindo Persada, 2012), h. 19. Lihat juga Maman, Metodologi Penelitian Agama Teori dan Praktik, (Jakarta: Raja Graffindo Persada, 2006), h. 94.
[5]Abdul Syani,  Sosiologi Dan Perubahan Masyarakat  (Lampung : Pustaka Jaya, 1995) h. 2.
[6]Tim MGMP, Sosiologi SUMUT, Sosiologi (Medan : Kurnia, 1999) h. 3.
[7] Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), Hlm. 39.
[8] Istilah metode, secara etimologi berasal dari bahasa Yunani yaitu “ meta” yang berarti “sesudah” dan kata “hodos” yang berarti “jalan”. Dengan demikian metode merupakan langkah-langkah yang diambil menurut urutan tertentu untuk mencapai pengetahuan yang telah dirancang dan dipakai dalam proses memperoleh pengetahuan
[9] Ibid, h.67
[10] Atho Mudhar, Pendekatan Studi Islam Teori dan Praktik, (Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR, 2001), Hlm. 140-166.
[11] Atho Mudhar, Pendekatan Studi Islam,,,, Hlm.129.
[12] Lihat pada halaman catatan Atho Mudhar, Pendekatan Studi Islam,,,, Hlm.232.
[13] Atho Mudhar, Pendekatan Studi Islam,,,, Hlm.129-131.
[14] Atho Mudhar, Pendekatan Studi Islam,,,, Hlm.130.
[15] Atho Mudhar, Pendekatan Studi Islam,,,, Hlm.131-132.
[16]sebuah ritus tertentu di atas kuburan I. Paberre untuk meminta keselamatan yang merupakan kepercayaan Towani Tolotang
[17] ritual di sekitar sumur yang merupakan kepercayaan Tolotang Benteng.

Posting Komentar

0 Komentar