Advertisement

Responsive Advertisement

ANJURAN MEMBICARAKAN KEBAIKAN SI MAYYIT


Manusia di ciptakan dengan memiliki lisan yang tajam. keberadaan lisan dalam diri manusia bagaikan pisau yang memiliki dua mata fungsi. jika dipakai untuk hal-hal yang bermanfaat, maka sang pemilik lisan akan selamat tanpa tertikam oleh lisannya sendiri. namun, jika dipakai untuk hal-hal yang tidak bermanfaat, maka sang pemilik lisan juga akan terkena tikaman tajamnya lisan.

Sebab, lisan yang lunak tak bertulang, mampu mengalahkan tajamnya silet yang ditempa sebanyak 1000 kalipun.

seseorang yang tersakiti dalam bentuk fisik, tidak seberapa sakit yang dideritannya jika dibandingkan dengan seseorang yang tersakiti karena adanya lisan yang tidak mampu di jaga.

oleh karena itu, tidak jarang kita mendengar salah satu hadits nabi berkenaan dengan lisan: "سلامة الإنسان فى حفظ اللسان" (Bahwa seseorang akan selamat tergantung bagaimana ia dalam menjaga lisannya) adalah nyata adanya dan benar adanya.

Bahkan, seharusnya, sebagai seorang muslim kita dianjurkan untuk selalu menjaga lisann agar tidak sama seperti halnya orang-orang munafik dalam menggunakan lisan.

bahkan dalam Kalam Maknanya, Imam Ali pernah memberikan satu wejangan empuk yang kaya akan serat terkait lisan orang mukmin dan lisan orang munafik, salah satunya:

والأمام علي رضي الله عنه يقول : إنَّ لسان المؤمن مِن وراء قلبه. وإنَّ قلب المنافق مِن وراء لسانه. لأن المؤمن إذا أراد أن يتكلم بكلام تدَبَّره في نفسه. فإنْ كان خيرًا أبداه. وإنْ كان شرًّا واراه. وإنَّ المنافق يتكلم بما أتى على لسانه لا يدري ماذا له وماذا عليه
Imam Ali ra berkata: Sesungguhnya lisan seorang mukmin dapat dilihat dari hatinya. Dan hati seorang munafiq dapat dilihat dari lisannya. sebab, jika seorang mukmin hendak berbicara, maka ia akan berfikir terlebih dahulu. jika terdapat kebaikan, maka akan diucapkan, dan jika terdapat kejelekan maka ia kan menahannya. Di samping itu, seorng munafiq akan senantiasa berbicara sesuai dengan lisannya yang ia sendiri tidak tahu apa manfaat dan madhorot untuknya.

Oleh karena adanya dua mata pisau lisan seseorang, maka hendaknya seseorang harus berhati hati dalam menggunakan lisannya, terutama dalam kehidupan sosial.

Masih mending jika orang yang tersakiti karena lisan yang berulah masih hidup, dapat dimintai maaf seketika juga (tentu dengan syarat tidak mengulangi perbuatan menyakiti di kemudian hari).

Bagaimana jika yang disakiti karena lisan yang berulah adalah seseorang yang sudah meninggal? bagaimana dan kapan seseorang meminta maaf?

Berangkat dari hal tersebutlah, Islam mengajarkan kita untuk senantiasa bersaksi atas nama kebaikan tentang si mayyit, sebab di samping kebaikan tersebut bermanfaat kepada kita, efek yang dihadirkanpun dapat dirasakan langsung oleh si mayyit yaitu dapat mengurangi siksaan atas kesaksian baik tersebut. di sebutkan dalam hadits:


عن أم سلمة رضي الله عنها قالت: (دخل رسول الله صلى الله عليه و سلم على أبي سلمة وقد شق بصره فأغمضه، ثم قال: "إن الروح إذا قبض، إتبعه البصر" فضج ناس من أهله، فقال: لا تدعوا على أنفسكم إلى بخير. فإن الملائكة تؤمن ما تقولون". ثم قال: "اللهم اغفر لأبي سلمة و ارفع درجته فى المهديين و افسح له فى قبره و نور له فيه واخلفه فى عقبه". رواه مسلم

Dari Ummu Salamah berkata: suatu ketika rosulullah mendatangi abi salamah yang sudah wafat (kedua matan dalam keadaan terbuka) kemudian rosulullah meejamkannya seraya bersabda: jika ruh seseorang sudah dicabut atau dipisahkan dari jasadnya, maka penglihatannyapun akan ikut bersamanya (baca: tidak dapat melihat). oleh karena itu, bebrapa orang dari kerabatnya menangis. lantas rosulullah bersabda: janganlah kalian berdoa kecuali dengan sesuatu yang baik. karena malaikat akan mengamini apa yang kalian ucapkan. kemudian rosulullah berdoa: Ya Allah ampunilah Abi Salamah. angkatlah derajatnya di alam kubur. perluaslah tempatnya di alam kubur. terangilah ia di alam kubur. dan ringankanlah siksaannya. (H.R. Muslim)
Sehingga, alangkah baik dan indahnya pemandangan bilamana salah satu dari kerabat, tetangga bahkan keluarga kita meninggal dunia, yang dibicarakan tentangnya hanyalah berupa kebaikan.

note: Ummu salamah atau yang akrab disapa dengan Hindun binti Abi Umayyah ibn al-Mughiroh al-Mahzumiyah (Ummul Mukminin), di nikahi rosulullah pada tahun 4 H. dan wafat pada tahun 62 H.

Refrensi:

  • Alukah سلامة الإنسان فى حفظ اللسان, dapat di akses dalam www.alukah.net. 
  • Ibnu Hajar al-Atsqolaniy, Bulughul Marom, Maktabah Imarotullah, hal. 114-115.

Posting Komentar

0 Komentar