Advertisement

Responsive Advertisement

ASAL KUTIP SURAT & AYAT

ASAL KUTIP AYAT & SURAT


Pada beberapa hari yang lalu, masyarakat dihebohkan dengan viralnya video pengajian yang dibawakan oleh seorang yang disebut jamaahnya adalah seorang ulama, seorang guru. entah parameter apa yang mampu menobatkan dirinya sebagai seorang ulama.
karena ilmunya kah?
atau 
karena pakaian jubah yang melekat dalam dirinya?

entah al-faqir tidak tahu menahu, sebab penobatan itu dilakukan oleh jamaahnya.

Pengajian yang ada di dalam pesantren-pesantren pada umumnya sangat bercorak pada kajian-kajian keilmuan ulama-ulama terdahulu. terutama dalam konsep-konsep keilmuan agama Islam seperti Fiqih, Hadist, Akhlak, Tauhid, Tasawuf, Tafsir, dan lain-lain.

Bahkan fungsi dari pengajian yang dilakukan di beberapa pesantren tidak lain hanyalah untuk dapat membimbing umat manusia pada satu titik kebenaran yang berdasar pada keilmuan ulama sebagai pewaris para nabi.

Kita tidak akan tahu keilmuan Islam tanpa hadirnya ulama-ulama yang menorehkan tinta penanya dalam sebuah bidang yang dikenal kitab turats. bagaimanapun, kajian-kajian tersebut sudah sangat diterima oleh akal sehat siapapun dan bagaimanapun caranya.

Hal demikian sangat kontras makna dengan fenomena yang dipertontonkan oleh seorang yang dinobatkan sebagai ulama oleh para jama'ahnya.

Di mana, kajian-kajian yang digadang-gadang adalah mengkaji keilmuan Islam, justru malah berisi unsur-unsur yang dilarang dalam agama Islam itu sendiri.

Bahkan, lebih memilukan lagi bahwa konten pengajian yang dikatakannya adalah safari dakwah selalu mengarah pada hal-hal berbau umpatan, cacian, hinaan, dan kebodohan nyata.

Umpatan, cacian, dan hinaan tersebut dialamatkan sang da'i kepada seluruh manusia yang dikatakan mendukung paslon 01 dalam pemilihan presiden dengan sebutan "CEBONG".
Bahkan konsep Islam Nusantara yang digagas oleh Nahdlatul Ulama tidak lepas dari cacian sang da'i yang kemudian disambut dan di iya kan oleh jama'ah.

Padahal,,
Dalam untaian kata hikmah Islam, seseorang dianjurkan memanggil saudara semuslim dengan sebutan yang indah. bukan malah sebutan yang menghinakan seperti cebong. 

Berkali-kali konsep Islam Nusantara dijelaskan dengan berbagai bahasa dan makna. bahwa Islam Nusantara bukanlah sebuah agama baru, bukan pula ajaran baru, melainkan ia adalah mumayyizat, typologi islam yang ada di Indonesia. yaitu Islam yang berangkat dari wajah Indonesia alias dengan makna kaidah  bahasa Islam Nusantara adalah Islam Fi Nusantara (Islam yang ada di Nusantara) yang kemudian dikenal dengan bentuk Idhofah jadilah kalimat Islam Fi Nusantara menjadi Islam Nusantara.

bagaiamanpun, dan seberapa banyak penjelasan, jika hari sudah tertanam kebencian yang mendarah daging, akan sangat sulit menerima tabayun.

Terlebih ketika sang Da'i menerima sebuah nasihat dari seorang ibu-ibu untuk tidak menggunakan kata cebong, kemudian dijawab dengan mengutip ayat dari surat al-Qur'an yang tidak lain adalah surat al-Isra ayat 176. 
padahal surat al-Isra sendiri jumlah ayatnya tidak sampai pada batasan 176 ayat, melainkan hanya 111 ayat.

hal inilah yang kemudian sangat mengherankan nalar sehat bahwa ia adalah seorang ulama, seorang dai, dan seorang pendatang jika dalam dakwahnya berisi cacian, hinaan, dan kebodohan yang dibalut perilaku adigang adigung.

bahkan, pertanyaan dari seseorang yang meminta kaidah usul fiqh mana yang menjelaskan kesesatan Islam Nusantara dibalas dan dijawab dengan persekusi para jamaah, dengan berbagai dalih.

fenomenanya: sang dai berdakwah dengan caci maki, panitianya berkata Takbiiirr, Jamaahnya menjawab: Allahu Akbar.
kemudian dibungkus indah dengan Sholawat Asghil.

Itulah: jajanan sang pengumpat yang isinya cacian, namun dibungkus indah nan cantik dengan  lumuran cokelat bernikotin.

Alias tidak patut sebagai ulama, apalaki pendakwah.

Posting Komentar

0 Komentar