Advertisement

Responsive Advertisement

KALAM MAKNA GUS MUS: ADIL SEBAGAI SENDI-SENDI ISLAM

KALAM MAKNA GUS MUS: ADIL SEBAGAI SENDI-SENDI ISLAM

Oleh: Gus Mus
 
Untuk bisa melakukan apa yang diperintahkan oleh Rosulullah menyempurnakan akhlak ini, ada satu yang sangat penting karena itu selalu diulang-ulang dalam Al-Qur'an Al-Karim di dalam kitabnya umat Islam, yaitu sikap "ADIL", dalam bahasa jawanya adalah jejeg. banyak sekali atau bahkan selalu diucapkan oleh sang khotib pada waktu jum'at:

إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ ۚ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ (90)

Ada dari surat al-Maidah ayat: 8:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ لِلَّهِ شُهَدَاءَ بِالْقِسْطِ ۖ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَىٰ أَلَّا تَعْدِلُوا ۚ اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَىٰ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ (8)

Di Surat an-Nisa ayat: 135

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ بِالْقِسْطِ شُهَدَاءَ لِلَّهِ وَلَوْ عَلَىٰ أَنفُسِكُمْ أَوِ الْوَالِدَيْنِ وَالْأَقْرَبِينَ ۚ إِن يَكُنْ غَنِيًّا أَوْ فَقِيرًا فَاللَّهُ أَوْلَىٰ بِهِمَا ۖ فَلَا تَتَّبِعُوا الْهَوَىٰ أَن تَعْدِلُوا ۚ وَإِن تَلْوُوا أَوْ تُعْرِضُوا فَإِنَّ اللَّهَ كَانَ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرًا (135)

Kedua ayat tersebut hampir sama. hanya saja dalam surat al-Maidah ayat 8  يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ لِلَّهِ شُهَدَاءَ بِالْقِسْطِ akan tetapi dalam surat an-Nisa ayat 135 bukan كُونُوا قَوَّامِينَ لِلَّهِ شُهَدَاءَ melainkan كُونُوا قَوَّامِينَ بِالْقِسْطِ شُهَدَاءَ لِلَّهِ.

Seolah-olah ini memberikan pengertian kepada kita, ini kalau tidak adil " بِالْقِسْطِ " berarti bukan lillah (karena Allah). kalau Lillah (karena Allah) pasti "بِالْقِسْطِ" ( adil) .

  
Sulitnya melakukan adil ini (بِالْقِسْطِ), karena kita itu mempunyai yang namanya "Athifah", mempunyai emosi yang karakternya condong ke sana dan condong ke sini.  condong ke sana benci, condong ke sini cinta. Oleh karena itu, Rosulullah selalu mengajarkan kita untuk mengajarkan untuk bersikap tengah-tengah. Adil itu tidak dapat dilakukan oleh orang-orang yang ekstrim ke sana dan ekstrim ke sini. 
Anda kalau terlalu benci, Anda tidak akan bisa adil.
Anda kalau terlalu cinta, Anda tidak akan bisa adil .

Karena adil itu di tengah.

Jika kita bisa bersikap tengah-tengah, kita bisa menjaga, lebih mudah agar kita bisa berbuat adil.

Ada yang menarik dari surat al-Maidah. ayat selanjutnya yaitu.:
وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَىٰ أَلَّا تَعْدِلُوا ۚ اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَىٰ . dan yang lebih di ingat adalah awal surat ini berbunyi كُونُوا قَوَّامِينَ (penegak-penegak kebenaran). jadi, jika kalian ingin menjadi penegak-penegak kebenaran, maka sikap adil itu adalah sebuah keharusan terutama kerna Allah dan bukan karena nafsu. 

Kemudian dalam firman Allah ayat selanjutnya disebutkan: وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَىٰ أَلَّا تَعْدِلُوا ۚ اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَىٰ dengan nun taukid dalam kata يَجْرِمَنَّكُمْ . artinya bahwa jangan sekali-kali karena kebencianmu kepada suatu kaum, akan menyeretmu untuk tidak berbuat adil. jika kita membaca tafsir-tafsir yang disampaikan oleh para mufassir di dalam kitabnya, kata قَوْمٍ di sini lebih dimaksud dengan orang-orang kafir.

Artinya apa?

Jika kita tidak boleh tidak berbuat adil kepada orang kafir. lebih-lebih terhadap sesama muslim.

Diintisarikan dari kultum Gus Mus 
 
Malang, 13 Januari 2019
Restu Budiansyah Rizki
 

Posting Komentar

0 Komentar