Bahasa Arab sebagai salah satu bahasa terbesar di Dunia ini telah memiliki jumlah penutur sebanyak 200 juta pengguna dengan sebaran di lebih dari 20 negara (Al-Ghazawi dalam Azhar Arsyad, Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya).
Hal tersebut dilatarbelakangi dengan adanya bahasa Arab sebagai bahasa kitab suci yang sekaligus menjadi pedoman kehidupan umat muslim di berbagai pojok dunia ini. Sehingga bahasa Arab merupakan salah satu bahasa dengan tingkat segnifikansi penggunaannya terbesar dibandingkan dengan bahasa-bahasa yang lain.
Di samping itu, bahasa Arab memiliki kekayaan kosa kata yang tidak dimiliki oleh bahasa lain dengan tingkat 1 kata dapat memiliki beragam arti atau makna sesuai karakteristiknya. Sebagai contoh: dalam bahasa Indonesia, kata "Mendengar" dapat diterjemahkan ke dalam bahasa Arab dengan 3 kata, diantaranya:
- As-Sam'u (السمع)
- Al-Istima' (الاستماع) serta
- Al-Inshaat (الإنصات)
Dari ketiga kata tersebut, ternyata bahasa Arab tidak segan-segan memainkan peranan kosa-katanya, mengusik siapapun penggunanya untuk kemudian membuka kembali kamus istilah.
Lebih lanjut, walaupun memiliki arti terjemahan yang sama yaitu "mendengar", ternyata ketiga kata tersebut memiliki corak perbedaan peranan masing-masing sesuai tingkatan dan karakteristiknya.
Lantas, apa hakikat makna ketiga kata tersebut? serta peranan manakah yang dapat dilakukan dalam pembelajaran keterampilan bahasa?
Mari kita bahas satu demi satu sampai tuntas.
Jangan beranjak ke aktivitas lain kecuali telah selesai dari menyimak dengan seksama dan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya (Begitulah isi naskah dalam proklamasi, heee...)
- As-Sam'u (السمع)
Jika kegiatan mendengar diterjemahkan ke dalam bahasa Arab menjadi As-Sam'u (السمع), maka hakikat prosesi mendengar yang terkandung di dalam kata tersebut hanya sebatas mendengar saja tanpa mengiringinya dengan perhatian alias intibah. bahkan mendengar dengan model As-Sam'u (السمع) ini dapat dilakukan dengan sengaja ataupun tidak sengaja, seperti: mendengar suara musik, mendengar suara desiran ombak, mendengar desus angin berhembus, dan lain-lain yang dapat berupa unsur sengaja ataupun tidak disengaja.
- Al-Istima' (الاستماع) serta
Berbeda dengan mendengar yang diterjemahkan dengan kata As-Sam'u (السمع) , maka mendengar dengan macam terjemah Al-Istima' (الاستماع) memiliki peranan yang lebih tinggi satu tingkat di atas As-Sam'u (السمع). Di mana, jika As-Sam'u (السمع) memiliki hakikat prosesi mendengarkan saja, maka Al-Istima' (الاستماع) memiliki prosesi mendengarkan dengan dibarengi memperhatikan, seperti: mendengarkan dan memperhatikan penjelasan guru tentang suatu ilmu di hadapan kelas. Mendengar dengan model Al-Istima' (الاستماع) ini menggambarkan seorang siswa mendengarkan penjelasan guru dan juga memperhatikan apa yang disampaikan oleh guru tersebut. terkait Al-Istima' (الاستماع), di samping seseorang mendengarkan, ia juga memahami, menganalisa, menafsirkan, merealisasikan, mengkritik, dan juga mengevaluasi dari apa yang ia dengar.
- Al-Inshaat (الإنصات)
Hampir sama dengan makna Al-Istima' (الاستماع), makna "mendengar" dengan terjemah Al-Inshaat (الإنصات) memiliki persamaan dengan Al-Istima' (الاستماع). hanya saja perbedaan dari kedua istilah tersebut terletak pada tingkatan mendengar dan bukan pada karakteristik mendengar.
kata Al-Istima' (الاستماع) sendiri merupakan tingkatan lanjutan dari Al-Istima' (الاستماع) dengan memiliki tujuan tertentu. Di mana, Al-Istima' (الاستماع) adalah mendengar-memperhatikan, untuk kemudian dilanjutkan pada prosesi penerapan. seperti: mendengarkan khutbah jum'at yang pada hakikatnya berisi perintah ketaqwaan. Setelah mendengarkan dan memperhatikan isi khutbah, pada akhirnya jam'ah akan melakukan isi dari ketaqwaan tersebut. karena tujuan dari khutbah adalah pesan ketakwaan, sedangkan tujuan dari Al-Inshaat (الإنصات) adalah tahqiq hadf mu'ayyan (merealisasikan tujuan tertentu), maka mendengar dengan Al-Inshaat (الإنصات) ini akan menghasilkan praktik/realisasi dari apa yang didengar.
Di samping itu, mendengar dengan istilah Al-Inshaat (الإنصات) memiliki kesinambungan dalam prosesnya. sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an surat Al-A'raaf: 204
وَإِذَا قُرِئَ الْقُرْآنُ فَاسْتَمِعُوا لَهُ وَأَنصِتُوا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
dengan kedudukan Al-Inshaat (الإنصات) setelah Al-Istima' (الاستماع). sehingga ketiga kata tersebut pada hakikatnya merupakan sebuah proses, sebab: As-Sam'u (السمع) = mendengar, Al-Istima' (الاستماع) = mendengar dengan memperhatikan, dan Al-Inshaat (الإنصات) = mendengar dengan memfokuskan perhatian demi terealisasinya tujuan tertentu dari apa yang didengar.
Bahkan dalam kajian pembelajaran keterampilan bahasa atau المهارات اللغوية , ranah mendengar yang dapat dikaji dan diterapkan adalah Al-Istima' (الاستماع). sebab Al-Istima' (الاستماع) melatih seseorang untuk mendengarkan sebuah ungkapan, untuk kemudian memperhatikan makna yang didengar dari tuturan penutur, dan memahami makna serta menganalisa makna sampai pada akhirnya evaluasi dari apa yang didengar.
Referensi:
- Ali Ahmad Madkur, Tadrisu Funuuni Al-Lughah Al-Arabiyah, 83-85
0 Komentar