Dalam sejarah, umat Islam tentu tidak asing lagi dengan seorang yang telah menebar benih fitnah atas pelaku ziarah kubur, tawassul, memanggil-manggil para nabi ataupun orang shalih dalam tawassul dan sholawat.
Dialah Muhammad bin Abdul Wahab, sang pionir sekte wahabi dari negeri Najed. Gerakan takfiriyah ala wahabisme yang ia semai telah membawanya pada posisi popularitas global di dalam dunia Ahlu Sunni wa Syi'i.
Hal demikian terjadi karena memang pola kedua paham (baca: sunni dan syi'ah) masih dalam satu pandangan bahwa ziarah kubur, shalawat atas nabi, dan tawassul adalah suatu amalan yang baik dan diperbolehkan. Sedangkan dalam kacamata Wahabisme, pola atau amaliyah seperti itu merupakan bagian dari perbuatan syirik yang pelakunya halal untuk dibunuh. Naudzubillah
Sikap takfiriyah ala sekte wahabi ini kemudian menuai banyak kontra, tak terlebih dari pihak keluarga dan gurunya (Muhammad bin Sulaiman al-Kurdiy). Bahkan dalam salah satu sejarahnya, sang guru pernah berkirim surat kepada sang murid (baca: Muhammad bin Abdul Wahab). berikut isi surat tersebut:
يا ابن عبد الوهاب إني أنصحك الله تعالى أن تكف لسانك عن المسلمين فإن سمعت من شخص أنه يعتقد تأثير بلك المستغاث به من دون الله فعرفه الصواب وأبن له الأدلة على أنه لا تأثير لغير الله فإن أبى فكفره حينئذ و بخصوصه ولا سبيل لك إلى تكفير السواد الأعظم من المسلمين وأنت شاذ عن السواد الأعظم فنسبة الكفر إلى من شذ عن السواد الأعظم أقرب لأنه اتبع غير سبيل المسلمين.
wahai putra Abdul Wahab (Muhammad bin Abdul Wahab), saya memberimu nasihat karena Allah. jagalah lidahmu terhadap orang-orang muslim. jika kamu mendengar seseorang bahwa ada yang memberi pengaruh dalam tawassul selain dari Allah, maka sampaikanlah kebenaran kepadanya dengan argument yang menepis anggapan tersebut bahwa tidak ada yang mampu memberi pengaruh selain Allah. jika ia mengabaikan argument tersebut, silahkan kau kafirkan ia seketika itu. tapi, jangan sesekali kau mengkafirkan golongan umat muslim. jika kau mengkafirkan golongan umat muslim, maka kau lebih pantas dipanggil kafir, sebab tidak mengikuti jalan golongan muslim.
bahkan dalam satu redaksinya, firasat bahwa abdul wahab akan menjadi orang yang mudah menyesatkan orang lain sudah tersirat jauh-jauh hari sebelum akhirnya firasat tersebut benar terjadi. terutama dari kalangan keluarganya sendiri, tanpa terkecuali sang guru.
Allahu A'lamu
Referensi:
- Ahmad Zainiy Dahlan, Fitnatul Wahabiyah, Turki: Istanbul, 1978. Hal. 9
0 Komentar