tanpa diundang, ia datang dengan membawa sejuta keberkahan di seluruh bumi manapun. ia hadir dengan penuh kesejukan dan ketentraman dalam setiap jiwa yang menelaah akan keindahan turunnya hujan.
tanah tandus menjelma menjadi hijau
gerah yang bersemayam dalam diri insan telah lalu disapa sejuk.
lihatlah bumi dimana hujan turun.
kau akan temukan keharmonisan wujud alam berpadukan basah.
bagaimanapun indahnya hujan,
tetap akan menjadi benalu dalam prespektif jiwa kering yang tak kenal Tuhan.
demikianlah untaian kata untuk menyapa hujan.
fenomena hujan merupakan sebuah mega inovasi sang khalik yang tak mampu diciptakan seribu profesor manapun. ia adalah gejala alam yang terbentuk secara alami tanpa tercampur tangan manusia.
Al-Qur'an dalam menjelaskan hujan, dikemas dengan frame penuh keindahan dan maha dahsyat dalam menumbuh kembangkan tumbuhan dan pepohonan apapun. bahkan hal tersebut merupakan bagian dari rizki yang diturunkan kepada seluruh umat manusia.
proses turunya hujan sebagai media untuk Allah menumbuhkan segala pepohonan, telah disebutkan dalam surat al-Baqarah ayat 22 yang berbunyi:
proses turunya hujan sebagai media untuk Allah menumbuhkan segala pepohonan, telah disebutkan dalam surat al-Baqarah ayat 22 yang berbunyi:
dari ayat tersebut, sangat jelas maksud Allah dalam menurunkan hujan yaitu sebagai perantara menumbuhkan segala jenis pepohonan yang menjadi sebuah rizki untuk semua umatnya yang ada dibumi.
apakah dengan fenomena turunya hujan dengan kemampuannya menumbuhkan pepohonan akan menjadikan seseorang untuk mengingkari nikmat, sehingga menjadikan sekutu bagi Allah, padahal ia telah melihat dan mengetahui secara kasat mata akan maha dahsyat fenomena hujan?
ataukah seseorang dengan keangkuhannya akan tetap mengingkari hujan sebagai rahmat, sehingga Allah merubah hujan tersebut sebagai azab.
turunnya hujan sebagai bentuk azab kepada kaum ingkarpun telah Allah ceritakan di dalam umat-umat terdahulu. dan kita dapat meniliknya dalam surat an-Naml ayat 58:
sehingga, Allah dengan mudah menjadikan hujan sebagai rahmat untuk semua umatnya, namun juga tidak sulit bagi Allah untuk menjadikan hujan sebagai Azab bagi siapapun yang meragukan dengan ingkar terhadap sifat rububiyah dan uluhiyah Allah.
hal tersebut sama ketika seseorang melalaikan nikmat Allah dengan cara yang tidak semestinya yaitu membuang sampah sembarangan di sungai dan pada akhirnya sungai tidak mengalir dengan lancar. atau bahkan melakukan penebangan hutan secara berlebihan, sehingga ketika turun hujan, tanah ataupun sungai tidak sanggup lagi menampung air dan terjadilah banjir bandang.
namun apa yang keluar dari mulut manusia?
tak jarang dari manusia mengatakan bahwa Tuhan tidak lagi sayang kepadanya, Tuhan tidak lagi mengasihi umatnya sehingga selalu memberi bencana yang tidak selesai-selesai.
padahaal,,,,,
manusianya sendirilah yang tidak mengindahkan aturan-aturan yang mengarah kepada kebaikan.
dari hal tersebut,
bagaimana seharusnya kita memandang fenomena hujan yang terjadi saat ini?
yang jelas, ia memiliki dua mata sisi yang berbeda.
sebagai rahmat ataukah sebagai rahmat.
sekian
0 Komentar