TAKFIRIYAH ALA SEKTE WAHABI
Oleh: Restu Budiansyah Rizki
WAHABI!
Sebuah nama sekte atau kelompok yang sangat tidak asing lagi terdengar oleh telinga masyarakat Indonesia maupun mancanegara. panggung-panggung konferensipun rupanya masih terasa hangat saat berbisik mesra membicarakan satu sekte tersebut. tidak lupa, rona pembahahasannyapun tidak luntur akan terbahas dalam berbagai lini. biarpun sebuah bisik-bisik, namun kaya akan kewaspadaan demi meleburnya ukhuwah islamiyah dengan wajah ruang masing-masing golongan.
Hadirnya pemikiran Muhammad bin Abdul Wahab, ulama kelahiran Najd, tahun 1115 H, yang sekaligus merupakan pioneer sekte tersebut turut serta dalam asal-usul lahirnya ALIRAN WAHABI . nama wahabi sendiri merupakan sebuah laqob yang disandarkan kepada nama sang ayah, yaitu Abdul Wahab. hingga terbitlah anggapan oleh para pengikut sekte wahabi itu sendiri, bahwa sebenarnya nama wahabi bukanlah nama dari Muhammad bin Abdul Wahab. sebab, jika di laqob-kan, seharusnya sekte wahabi yang disematkan kepada Muhammad bin Abdul Wahab adalah "Muhammadiyah" yang diambil dari nama asli. fenomena itulah yang kemudian menggerakkan kaki tangan pengikut sekte wahabi untuk melabuhkan sebuah manuver ala bulus dengan berdalih dan mengatakan bahwa wahabi bukanlah sekte yang berasal dari Muhammad bin Abdul Wahab, melainkan sekte yang didirikan oleh Abdul Wahab bin Rustum, salah satu dari komplotan kaum khawarij asli . manuver yang disemai pengikut wahabi merupakan sebuah tipuan kongkrit dalm menghadapi kaum muslimin di seluruh negara yang memang amaliyah-amaliyah mereka masih melaksanakan kegiatan Tawassul, Tahlilan, Maulid Nabi Muhammad SAW, dan hal tersebut dianggap oleh sekte wahabi sebagai salah satu perbuatan musyrik yang pelakunya dapat mendapatkan label kafir.
usaha-usaha pelabelan kafir yang disematkan pengikut sekte wahabi kepada golongan lain, pada hakikatnya merupakan sebuah gerakan dalam rangka pemurnian tauhid dan ajaran-ajaran yang dianut di masyarakat sesuai dengan tuntunan Rosulullah SAW dan para sahabat-sahabatnya. sehingga dengan mendompleng taqiyah, mereka lebih menolak untuk disebut sebagai sekte wahabi, melainkan lebih bangga untuk disebut sebagai pengikut "SALAFIY". sebab menurut kacamata mereka, barometer ajaran-ajaran yang mereka sebarkan dan mereka tanamkan kepada masyarakat khalayak umum tidak lain merupakan sebuah ajaran yang berasal langsung dari Rosulullah SAW. sehingga siapapun yang mengamalkan atau melakukan kegiatan-kegiatan seperti Tawassul, Tahlilan, Mulid Nabi Muhammad SAW, yang memang tidak dilakukan oleh Rosulullah SAW dapat dikatakan kafir, bid'ah dolalah dan halal darahnya untuk dibunuh.
usaha-usaha pelabelan kafir yang disematkan pengikut sekte wahabi kepada golongan lain, pada hakikatnya merupakan sebuah gerakan dalam rangka pemurnian tauhid dan ajaran-ajaran yang dianut di masyarakat sesuai dengan tuntunan Rosulullah SAW dan para sahabat-sahabatnya. sehingga dengan mendompleng taqiyah, mereka lebih menolak untuk disebut sebagai sekte wahabi, melainkan lebih bangga untuk disebut sebagai pengikut "SALAFIY". sebab menurut kacamata mereka, barometer ajaran-ajaran yang mereka sebarkan dan mereka tanamkan kepada masyarakat khalayak umum tidak lain merupakan sebuah ajaran yang berasal langsung dari Rosulullah SAW. sehingga siapapun yang mengamalkan atau melakukan kegiatan-kegiatan seperti Tawassul, Tahlilan, Mulid Nabi Muhammad SAW, yang memang tidak dilakukan oleh Rosulullah SAW dapat dikatakan kafir, bid'ah dolalah dan halal darahnya untuk dibunuh.
salah satu doktrin mengerikan wahabi yang sudah diperjual belikan adalah sebagaimana yang dikatakan Muhammad bin Abdul Wahab:
إني أدعوكم إلى التوحيد و ترك الشرك بالله وجميع ما هو تحت السبع الطباق مشرك على الإطلاق و من قتل مشركا فله الجنة من دخل فى دعوتنا فله ما لنا و عليه ما علينا و من لم يدخل معنا فهو الكافر حلال الدم و المال
sesungguhnya kami mengajak kalian kepada tauhi dan meninggalkan perbuatan syirik kepada Allah, semua yang ada di di bawah tujuh lapis langit ini adalah musyrik secara nyata. barang siapa yang membunuh orang musyrik, maka baginya hak atas surga. barang siapa yang mengikuti dakwah kami, maka baginya hak dan kewajiban sepertihalnya kami. dan barang siapa yang tidak mengikuti dakwah kami, maka dia telah kafir serta halal harta dan hartanya.
jika diperhatikan dengan seksama, ajaran-ajaran ataupun dogma yang dilancarkan sekte wahabi sangat membahayakan akan keberagamaan ukhuwah islamiyah yang dapat terpecah karena dogma tersebut. bagaimana tidak? klaim kafir atau musyrik sepihak sekte wahabi secara jelas menggambarkan kedudukannya dengan sekan-akan menjadi Tuhan yang memiliki hak prerogatif-Nya dalam melabelkan kafir kepada orang lain.
jauh sebelum Muhammad bin Abdul Wahab mendirikan sekte wahabi, sang ayah, Abdul Wahab dan bahkan saudaranya, Sulaiman bin Abdul Wahab, memiliki sebuah firasat tidak baik akan anaknya sendiri sekaligus saudara kandung Sulaiman bin Abdul Wahab, firasat tersebut seolah mengisyaratkan bahwa Muhammad bin Abdul Wahab akan menjadi orang yang penuh dengan sifat suka mengkafirkan orang lain.
seperti yang sudah tidak asing lagi, bahwa firasat seorang ulama yang alim seperti Ayahnya (Abdul Wahab) dan suadara kandungnya (Sulaiman bin Abdul Wahab) pasti akan terjadi. dan ndilalah (baca:kebetulan) selang dalam waktu yang tidak lama, firasat tersebut benar adanya. sekarang Muhammad bin Abdul Wahab telah menjadi sosok yang penuh dengan kata kafir terhadap kelompok lain. sehingga sang ayahpun memperingati orang lain akan sebuah fitnah yang dilancarkan Muhammad bin Abdul Wahab. hingga tibalah sang sudara kandung mencoba mengulas dan mengarang sebuah kitab dalam rangka menentang pemikiran Muhammad bin Abdul Wahab, kitab tersebut berjudul:
dalam hal ini, salah satu guru Muhammad bin Abdul Wahab, Syaikh Muhammad bin Sulaiman al-Kurdiy as-Syafi'i pun mengirimkan sebuah pesan yang berisi nasihat kepadanya. isi nasihat tersebut kurang lebih seperti di bawah ini:
pelabelan kafir tersebut tidak terlepas dari adanya perkataan Muhammad bin Abdul Wahab bahwa manusia itu pada hakikatnya telah kafir sejak 600 Tahun yang lalu. bahkan ia sendiri mengklaim telah memperbaharui kayakinan umat muslim dengan membawa satu ayat Al-Qur'an (yang padahal ayat tersebut turun kepada kaum musyrik dan bukan kaum muslim).
jauh sebelum Muhammad bin Abdul Wahab mendirikan sekte wahabi, sang ayah, Abdul Wahab dan bahkan saudaranya, Sulaiman bin Abdul Wahab, memiliki sebuah firasat tidak baik akan anaknya sendiri sekaligus saudara kandung Sulaiman bin Abdul Wahab, firasat tersebut seolah mengisyaratkan bahwa Muhammad bin Abdul Wahab akan menjadi orang yang penuh dengan sifat suka mengkafirkan orang lain.
seperti yang sudah tidak asing lagi, bahwa firasat seorang ulama yang alim seperti Ayahnya (Abdul Wahab) dan suadara kandungnya (Sulaiman bin Abdul Wahab) pasti akan terjadi. dan ndilalah (baca:kebetulan) selang dalam waktu yang tidak lama, firasat tersebut benar adanya. sekarang Muhammad bin Abdul Wahab telah menjadi sosok yang penuh dengan kata kafir terhadap kelompok lain. sehingga sang ayahpun memperingati orang lain akan sebuah fitnah yang dilancarkan Muhammad bin Abdul Wahab. hingga tibalah sang sudara kandung mencoba mengulas dan mengarang sebuah kitab dalam rangka menentang pemikiran Muhammad bin Abdul Wahab, kitab tersebut berjudul:
الصواعق الإلهية فى الرد على الوهابية
"Wahai Ibn Abdil Wahab, aku menasehatimu karena Allah, tahanlah lisanmu dari upaya mengkafirkan kaum muslimin, jika kamu mendengar seseorang yang meyakini bahwa orang yang ditawassuli bisa memberi manfaat tanpa kehendak Allah, maka hendaknya engkau mengajari dia tentang kebenaran dan terangkan dalilnya bahwa tidak ada yang bisa memberi manfaat maupun madharrat selain Allah. kalaulah dia menentang pendapatmu, bolehlah dia kau anggap kafir, tapi tidak mungkin kau dapat mengkafirkan As-Sawadul A’dham (kelompok mayoritas) diantara kaum muslimin, karena engkau dengan sendirinya akan menjauh dari kelompok terbesar, orang yang menjauh dari kelompok terbesar lebih dekat dengan kekafiran, sebab dia tidak mengikuti jalan muslimin"betapapun perdulinya sang guru, Muhammad bin Abdul Wahab tetap pada pemikirannya. bahkan lebih lanjut, dogma-dogma kesesatan yang dilancarkan sekte wahabi tidak hanya terbatas pada pelabelan halal darah dan harta kelompok yang tidak sejalan dengannya. beberapa dogma sekte wahabi yang banyak dianggap sebagai suatu kekufuran, kemusyrikan, dan khurofat adalah:
- sekte wahabi mengasumsikan bahwa ziarah ke makam Nabi, para nabi, para wali adalah sebuah perbuatan syirik yang pelakunya dapat dikatakan kafir.
- sekte wahabi mengasumsikan bahwa tawassul (tabarukan) kepada Nabi, para nabi, dan para wali merupakan sebuah kekufuran.
- sekte wahabi mengasumsikan bahwa memanggil-manggil nabi dalam tawassul merupakan sebuah kesyirikan.
- sekte wahabi mengasumsikan bahwa memanggil-manggil para nabi, para wali dan orang-orang shalih merupakan sebuah sifat kemusyrikan. bahkan,
- sampai menganggap bahwa barang siapa yang menyandarkan sesuatu kepada selain Allah walaupun hanya dalam sebuah majaz (kiyasan) tidak luput dianggap kafir oleh mereka salafiyyun, seperti: obat ini memiliki manfaat.
pelabelan kafir tersebut tidak terlepas dari adanya perkataan Muhammad bin Abdul Wahab bahwa manusia itu pada hakikatnya telah kafir sejak 600 Tahun yang lalu. bahkan ia sendiri mengklaim telah memperbaharui kayakinan umat muslim dengan membawa satu ayat Al-Qur'an (yang padahal ayat tersebut turun kepada kaum musyrik dan bukan kaum muslim).
وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّن يَدْعُو مِن دُونِ
اللَّهِ مَن لَّا يَسْتَجِيبُ لَهُ إِلَىٰ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَهُمْ عَن
دُعَائِهِمْ غَافِلُونَ. سورة الأحقاف: 5
وَلَا تَدْعُ مِن دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَنفَعُكَ وَلَا يَضُرُّكَ ۖ فَإِن فَعَلْتَ فَإِنَّكَ إِذًا مِّنَ الظَّالِمِينَ. سورة يونس: 106
dengan berdalih menggunakan kedua ayat tersebut, Muhammad bin Abdul Wahab menyatakan bahwa: barang siapa yang meminta pertolongan atau syafa'at kepada nabi, para wali, orang-orang shalih, atau berziarah ke makam nabi, maka mereka masuk dalam kategori ayat tersebut dan dianggap kafir.
lebih lanjut, Muhammad bin Abdul Wahab dengan mengutip ayat al-Qur'an:
مَا نَعْبُدُهُمْ إِلَّا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَىٰ. سورة الزمر: 3
hingga akhirnya ia menganggap bahwa mereka yang melakukan tawassul tidak lain adalah seperti orang-orang musyrik yang mereka tidak menganggap bahwa berhala dapat menciptakan sesuatu, akan tetapi hanya sebagai perantara untuk mendekatkan mereka (orang musyrik) kepada Allah. hal tersebut dengan bukti bahwa ketika mereka ditanya:
وَلَئِن سَأَلْتَهُم مَّنْ خَلَقَهُمْ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ ۖ . سورة الزحرف: 87
"jika engkau menanyakan kepada mereka tentang siapa yang sudah menciptakan mereka, niscaya mereka akan menjawab: Allah-lah pencipta mereka"
sehingga, Muhammad bin Abdul Wahab menghukumi perbuatan kafir mereka karena telah menjadikan berhala sebagai perantara.
sama sepertihalnya orang yang bertawassul, berziarah kubur, dan maulid Rosulullah SAW dihukumi kafir sebab perbuatan mereka yang meminta kepada selain Allah.
Allahu A'lamu Bisshowaab.
demikianlah kafir menurut wahabi yang dapat admin ulas kali ini.
REFERENSI:
- Sayyid Ahmad bin Zini Ad-Dakhlan, Fitnatul Wahabiyah.
- Syaikh Sulaiman bin Abdul Wahab An-Najdiy, As-Showaaiq Al-Ilahiyyah fir Radd ala Al-Wahhabiyyah.
|
0 Komentar